Kamis, 15 November 2018

Cerita Sex: Ingin Melihat Tubuh Mulus Seksi Suster Yang Merawatku


Bandar Judi: Pada waktu aku dirawat di rumah sakit, ada seorang perawat dengan tubuhnya yang sungguh sangat menggoda. Pada suatu pagi perawat yang seksi itu masuk ke ruang dimana aku dirawat, aku sangat terpesona dengan buah pantat padat penuh berisi sehingga aku tak mampu lagi menahan gejolak darah mudaku yang memanas, hingga tanpa sadar tangan kananku menyambar buah pantat perawat yang pada waktu itu sedang membenahi selimutku.

Sungguh kepalang tangung, begitu tangan kananku mendarat di permukakan pantat perawat itu aku terus meremas-remas dengan nafsu yang membara, sehinga aku tak mempedulikan lagi sekeliling sampai pada saat perawat itu mengingatkan aku dengan suara yang begitu lembut bahkan sepertinya suara itu mencoba untuk mengoda dan mempermainkan birahi yang sudah tak tertahankan lagi.

“Ssst.. jangan begitu dong, ini kan masih pagi”, ucapnya lembut, aku semakin bernafsu apalagi saat posisi tubuh perawat itu sedang membungkukkan dadanya yang memungkinkan aku memandangi buah dada yang merekah serta mempesona sungguh mengemaskan, apalagi dua kancing bajunya terlepas, atau ada kemungkinan sengaja di bukanya.

Setelah perawat itu merapikan selimut yang menutupi tubuhku, dia meninggalkan kamar tempat aku terkapar dan tersiksa oleh nafsu yang memuncak karena tak tersalurkan. Setelah beberapa menit nafsu itu mereda, aku mulai sadar dan merasa malu dengan tingkah lakuku yang sangat memalukan dan tentunya perawat itu sangat tersinggung terhadap perlakuanku yang tidak senonoh terhadapnya.
Paginya aku berniat untuk meminta maaf kepada perawat yang seksi itu, tapi ternyata perawat lain yang bertugas pada pagi itu. Dan ternyata ada perubahan jadwal, aku semakin merasa berdosa karena mungkin disebabkan tingkah laku kurang ajarku terhadap perawat seksi itu, sehingga dia tidak nyaman lagi menunaikan tugasnya sebagai perawat.

Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan malam, aku bosan melihat TV dan kumatikan saja TV-nya, aku mulai memikirkan suster seksi yang begitu mempesona dan sangat menggairahkan libidoku yang sangat mudah untuk di pancing,


Tanpa kusadari alat vitalku semakin mengeras dan secara naluri tanganku menyusup ke dalam pakaian yang menempel di badanku, yang sebenarnya sangat longgar dan praktis hanya sekedar menempel saja karena bentuknya seperti daster pendek dengan tali di sisi kanan kirinya. Dan tanganku mulai meremas-remas pusaka kejantananku. Tiba-tiba ujung kepala pusaka kejantananku serasa dibelai-belai dengan lembut oleh orang lain dan “Hmm Bisa aku bantu membelai kepala kecilmu ini?”, suara itu terdengar sangat lembut dan mengoda, dan ternyata suara lembut itu keluar dari sepasang bibir yang merah merekah milik perawat seksi itu, dan kedatangannya begitu tiba-tiba hingga tidak kusadari kehadirannya.

Sebelum aku mengeluarkan kata dari mulutku, perawat seksi itu menempelkan telunjuknya ke bibirku, sehingga aku tidak mampu berbuat apa-apa lagi selain tidur telentang serta memandangi gadis seksi berseragam perawat itu dengan kaki yang masih di semen dan menggantung.

Perawat itu satu persatu membuka kancing bajunya, lalu di biarkannya seragam itu merambat turun jatuh ke lantai. Buah dada yang mempesona itu tampak samakin mempesona, apalagi setelah penutup dada yang terlihat kecil di banding gumpalan daging mulus yang besar dan berisi, membuat tubuhku semakin bergetar dengan nafsu yang tak mampu kukendalikan lagi.

“Kamu pasti selalu memikirkan aku atau paling tidak berfantasi tentang tubuh ini. Sekarang kamu bisa melihatnya dengan jelas bahkan kamu bisa memegang sekaligus merasakan tubuhku ini.” Gadis itu semakin mendekat, hingga tanganku mampu membelai lembut kulit mulus itu.

Perawat tak berseragam itu mencium bibirku dan aku pun tak mau kalah lalu berusaha melumat bibir dan mempermainkan lidahnya, setelah itu kemudian dia naik ke atas tubuhku dengan posisi pantat di atas kepalaku dan kepalanya di atas selangkanganku, dengan lembut dia menyingkap kain yang menutup selangkanganku,

Karena aku tidak memakai celana dalam sehingga dengan mudahnya suster seksi itu menelanjangi selangkanganku kemudian dia mengenggam dan meremas-remas hingga pelirku mengeras lalu dia lembutnya menjilati kepala pusakaku yang sudah membengkak itu.

“Ayo dong, mainin juga punyaku”, tegur perawat itu di sela-sela kesibukannya. Tanpa pikir panjang lagi aku melepas celana mungil berwarna pink itu lalu kusingkap rambut yang menutupi liang kewanitaannya, kubelai-belai dengan lembut belahan bibir kewanitaan itu dan aku mulai mempermainkannya dengan lidahku, terasa olehku aroma yang nikmat.

“Eest nikmatnya mmh.. uuh..!” suster seksi itu mendesah terdengar sangat erotis sekali. “Aaah huuh..!”

Kurasakan begitu nikmatnya serangan yang ia gencarkan, dengan semangat aku menjulurkan lidahku dalam belahan bibir senggamanya yang mempesona itu, kemudian setelah liang sorganya mulai mengeluarkan cairan kenikmatan, kugigit lembut klitoris di liang kewanitaannya.

“Ssst.. hhm.. gitu dong kan nikmat, pintar juga kamu huuu.. esst..” Desah suster seksi itu di tengah deraian birahi yang mengelora.

Setelah beberapa lama kemudian dia turun lalu mengambil sesuatu dari saku seragamnya yang tergeletak di lantai, lalu dia kembali mendekat terus ia menyobek bungkusnya dan ternyata barang itu sebuah kondom, setelah itu dia memakaikan kondom tersebut ke batang kejantananku yang sudah keras dan membengkak.

Kemudian sekarang dia menggambil posisi nangkring di atas selangkanganku, lalu dia berusaha memasukkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, begitu kepala kemaluanku sudah dalam posisi yang tepat dia menghempaskan pantatnya ke bawah sampai seluruh batang pelirku tertelan ke dalam liang kewanitaannya,

Dengan lembut dia mengangkat pantatnya, lalu menghempaskannya lagi, gerakan itu terus ia lakukan dengan mulutnya tak henti-hentinya mendesah dan terlihat olehku kedua buah dadanya yang montok itu ikut terpantul-pantul naik turun begitu indahnya, aku berusaha meraih buah dada itu kemudian aku meremas-remas sambil kupermainkan putingnya dengan jari-jariku.

Desahan yang saling bertautan terdengar semakin membahana, hingga kurasakan tubuh suster seksi itu menegang, kemudian kurasakan cairan hangat menyembur di batang kemaluanku yang berada di dalam liang senggamanya dengan dibarengi desahan panjang.

Tak lama kemudian kurasakan hormonku mengumpul pada satu tempat lalu tanpa dapat kubendung lagi, kejantananku menyemburkan cairan sperma. Sampailah kami pada puncak kenikmatan yang kami dambakan.

“Hhhm… boleh juga kejantananmu”, terlihat wajah suster seksi itu penuh kepuasan. Setelah dia mengenakan kembali seragamnya tanpa sempat mengenakan pakaian dalamnya ia berlalu keluar ruangan dan meninggalkan celana dalam pink yang masih kugenggam dan batang kemaluanku masih terbungkus kondom dengan sperma di ujungnya.

Aku sendiri merasakan sisa-sisa kenikmatan yang masih tertinggal dalam diriku. Semua ini serasa seperti.


Sabtu, 10 November 2018

Cerita Sex: Bercinta Dengan Teman Kost Yang Paling Seksi


Bandar Judi: Aku bernama Sandy, ini pertama kali aku mengenal seks, tetapi saat aku berada di tempat kos milik tetangga. waktu itu aku berumur 19 tahun , papa ku adalah seorang pengusaha ternama yang mempunyai lebih dari 10 tempat kos-kosan, salah satunya ada di sebelah rumahku.

yang menarik adalah penghuni kostnya salah satunya adalah mbak marisa , dari semua penghuni kost disana dialah yang paling cantik plus baik umurnya kira-kira 22 tahun. sering kali aku diundang masuk ke kamarnya hanya sekedar menemani dia menghabiskan jatah jajan yang dia bawa. jujur aku sdh suka padanya.

bentuk tubuhnya mirip model-model bikini dari majalah ayahku (dari kecil aku memang sdh suka membacanya) yang pasti montok lah, tinggi 170 berat badanya pun aku tafsir sekitar 50 an dan dadanya berukuran 34B (hanya mengira-ngira bentuk dan besarnya mirip sekali dgn model majalah itu.

Dia suka sekali meluk-meluk aku, nggak tau kenapa mungkin karena aku cubby dan polos. jadi semakin aku pasrah di dalam pelukan gemasnya padahal aku juga merasakan betapa kenyal dadanya yang menghimpit erat tubuhku.

enak sekali rasanya. pernah sekali aku karena napsunya, aku yang memeluknya dan menghujamkan kepalaku di dada montoknya sembari kugeleng2kan kepala. dia hanya tertawa. obrolan pun berlanjut, mba udah punya pacar . hihihi hihi. belum lev, kenapa kok tanya-tanya . enggak biasanya kan kalo udah gede punya pacar .

dia hanya membalas dgn tawa. hari ini memang sangat special, mba marisa hanya menggunakan kaos t-shirt longgar dan panjang tanpa menggunakan celana, dibiarkannya pahanya yang putih mulus membuatku menelan ludah, memang hari ini dia libur kuShofiah dan berencana beres-beres kamar, ketika dia meletakan sesuatu di atas lemari. shiutttttt T-shirtnya naik ke atas sehingga aku bisa celana dalamnya yang berwarna putih polos ditambah melihat bongkahan pantatnya yang padat dan montok sekali.

sdh nggak tahan aku aku ingin melihatnya telanjang bulat. aku di kagetkan dgn suara handphone mbak marisa, seperti biasa dia tak pernah mengangkat telepon di depanku, pasti dia keluar kamar. pertama-tama aku memang gak curiga. tetapi gerangan siapa yang mengganggu masa puber ku.

Hal ini membuatku sebal dan curiga. akhirnya mbak marisa masuk kamar lagi lev maaf yha mbak mau pergi dulu nieh, lupa tadi mbak ada janji siapa sih mbak yang telpon, penting yha mbak aku berusaha untuk menahan dia pergi.


Hmm. mau tau aja kamu lev, yang jelas dia penting buat mbak. kalo enggak penting, mana bisa mbak tidur di kost mewah kayak gini dia tertawa kecil. aku nggak tau maksudnya apa. pertemuan hari ini cukup sekian, aku diusir secara halus oleh mbak marisa. aku menunggu dia di depan rumah kost.

sekedar ingin tau dewi cantikku ini menggunakan baju apa. perlahan dia melangkah keluar kost, dgn senyuman lembut, rambut panjangnya yang berwarna coklat dikuncir, celana panjang jeans berwarna biru ketat memperlihatkan pahanya yang berisi, bokongnya yang padat, .

dia menggunakan kaus putih, berdada rendah memperlihatkan payudaranya yang membusung, BH yang dikenakannya adalah Bra yang mengait dileher, hingga aku dapat dgn jelas mengintip warna Bra-nya talinya berwarna merah jambu. seksi sekali. dadah lev . mba jalan dulu dia meninggalkanku.

Semakin aku nafsu saja. aku tau pasti kebiasaan mba marisa, dia orangnya pelupa. jadi dia selalu menyimpan kunci di bawah pot sebelah kamar. aha . segera aku masuk menggunakan kunci tadi. di dalam kamarnya aku hanya bisa tersengal-sengal, jantung rasanya udah gak karu-karuan takut sekali. aku juga bingung, bagaimana aku bila ketauan nanti kalau aku berada di kamar, bakal ditanyain macem-macem nih.

tapi itu tak berlangsung lama. karena kudapati celana dalam yang mba marisa tadi pakai. tiba-tiba saja aku langsung menyaut celana dalam tadi. aku endus-endus pas bagian vaginanya. memang agak berbau amis semi-semi pesing.

kain di sekitar selangkangan nya agak basah mungkin keringat. wah aku semakin gila dan semakin nggak nahan. segera aku masuk ke dalam lemari kuciummi celana dalamnya sembari aku kocok penisku hingga tanpa sadar aku pun tertidur lemas di sana. kreekkkk . suara pintu terbuka, hal itu juga yang membangunkanku, loh kok nggak kekunci, tadi perasaan marisa udah ngunci deh sayub-sayub suara mba marisa terdengar.

aku semakin gelagepan, bingung sekali . tiba-tiba dasar kamu say, cantik-cantik kok pelupa ada suara seorang laki-laki, aku akrab sekali dgn suara ini. yha ini mirip suara papa. perasaan takutku berubah seketika. aku curiga apa yang dilakukan papa ku di kamar mba marisa.

Ih iyha kuncinya masih di dalam. om . agh . om slur p slurrrrp aku mendengar suara mba marisa mendesah. agh . owww . om . !!!, marisa sayang slurrrp. slurrp aku semakin penasaran saja. aku berusaha mencari celah untuk mengintip kejadian di luar. aku buka resleting lemari yang terbuat dari kain itu sehingga bisa leluasa mengintip keluar.

alamak aku mengintip mba marisa sedang di cumbu oleh papaku. papaku dgn ganasnya menciumi bibir mba marisa. mba marisa hanya bisa pasrah saja. tangan besar papa meremas-remas payudara mba marisa. marisa kamu wangi sekali  erangan papaku saat dia menghisap-hisap leher mba marisa

Om. agh . aku mengintip mba marisa tampak menikmati setiap kecupan papa, jujur aku sangat marah bagaimana mungkin, papaku orang yang selalu aku hormati melakukan perbuatan tak senonoh seperti itu. aku sempat hampir kalap ingin segera kulabrak mereka, tetapi niat itu ku urungkan. karena aku juga ternyata mulai menikmati Live performance ini .

dgn kasarnya papa menyingkap kaos t-shirt mbak marisa, sehingga sekarang yang tampak adalah BH mba marisa yang membungkus payudara indahnya, papa mulai melepaskan kemeja nya begitu jari lentik mba marisa melepaskan benik-benikya, sembari terus menyambar dan menghisap bibir papa mba marisa mengelus-ngelus dada penuh bulu milik papa. aku semakin penasaran saja. kejadian erotis apa yang akan terjadi.

ciuman itu membuat mereka saling berpagutan hampir 5 menit lebih. tiba-tiba mbak marisa mendorong papaku hingga tersungkur di kasur. Om liat marisa yah. sembari mbak menyalakan cd dgn remot. dia mulai meliuk-liukan tubuhnya. wow. ternyata mba marisa mau menyuguhkan tarian erotis nya aku semakin tak sabar saja.

dgn liukan tubuhnya yang sintal, mba marisa mulai membuka celana jeans nya. hingga dia hanya menggunakan BH yang mengait di leher dan celana dalam berwarna hitam transparan. walaupun suasananya agak redup, tetapi aku bisa mengintip dgn jelas betapa seksinyanya mba marisa, dgn gemulainya mba marisa mulai meraba-raba seluruh tubuhnya dgn tangan nya sendiri.

dari sedikit-dikit dia remas payudaranya sendiri dgn lembut tapi pasti, dihimpitkan kedua belah payudaranya, membuat tubuhku juga tubuh papa semakin memompa adrenalinnya, wajahnya yang cantik dan putih agak semu kemerahan mungkin akibat pengaruh alkohol dgn lihainya menunjukan mimik sensual sekali. kadang kadang mba marisa menjilat bibirnya yang sdh terpoles lip-gloss sehingga tampak basah dan ingin segera di hisap. mba marisa kini membelakangi papa.


Dan dgn erotis nya dia mulai membuka BH nya dan membungkuk sehingga pantatnya dgn leluasa memperlihatkan vaginanya yang tampak mengembul dan kenyal. montok sekali vaginanya. kembali dia menghadap papa dan memang luar biasa, payudara yang selama ini aku sangat ingin dekap terlihat dgn sintalnya.

bentuknya membulat penuh dan kenyal sekali, pentilnya tampak bundar imut dgn warna merah muda. aku juga mengintip jejak-jejak kecupan papa dan remasanya di seluruh tubuh mba marisa sehingga meronakan merah tubuh sintalnya. marisa .

Om udah nggak tahan sayang sini. papa menarik tangan mba marisa dgn cepat. mba marisa sempat kaget dan terjatuh. memang dasar papa. dia segera menangkap tubuh mba marisa. dan mengarahkan arah jatuhnya sehingga payudaranya yang kenyal itu menghujam terlebih dulu ke mukanya.

di hisap nya pentil mba marisa dgn ganas. tangan kanan papa mulai menuju pantat mba marisa diremas-remas nya pantat kencang tersebut, aku mengintip muka mba marisa yang semakin tampak terangsang. papa lalu melorotkan celana dalam hitam mba marisa sehingga kini mba marisa sdh bugil tanpa sehelai kain pun.

Dan papa pun kembali bergerilya mulut dan tangannya tak terus menghisap seluruh jengkal tubuh sintal mba marisa marisa . kamu . enak banget . papa terus meracau sembari terus menikmati setiap jengkal tubuhnya. tangan mba marisa dgn sigap membuka celana papa.

aku sempat terkejut dgn barang milik papa. hitam dan besar mengacung-ngacung di perut mba marisa. dgn sayangnya mba marisa memegang dan mengocok batang kejantanan papa. ditariknya pantat mba marisa. dari posisi mba marisa berada di atas papa. kini pantat mba marisa tepat diatas kepala papa. kulihat mba marisa dgn lihainya mengocok-ngocok penis papa dan di masukan kedalam mulut.

mba marisa tampak menikmatinya ketika dia gosok-gosakan bibir manisnya di penis hitam papa. papa pun tampak luar biasa girangnya. dihapannya kini ada sebuah vagina yang sangat-sangat indah. aku bisa leluasa mengintip karena memang posisi lemari tepat persis di belakang kasur.

vaginanya berwarna merah merekah, bentuknya gemuk dan mengembul keluar papa langsung menghisap-hisap lubang kebahagiaan milik mba marisa, sembari dia geleng-gelengkan kepala. mereka bener-bener sangat terangsang sehingga suasana semakin hot saja.

kini mba marisa sdh di bawah. papa lalu membalikkan badan dan lagi-lagi mulai menghisap bibir mba marisa, tangan papa yang tadinya bergerilya kemana-mana akhirnya menghentikan pencariaanya di vagina mba marisa, di benggangnya paha mba marisa lebar-lebarnya.

sehingga vagina mba marisa semakin terlihat merekah merah. papa lalu menunggangi mba marisa. tampak tangan mba marisa memegang penis gagah papa dan menggerakaanya menuju masuk liang surga. aku melihat memang beberapa kali penis papa tergelincir keluar tapi lagi-lagi tangan mba marisa membenarkan posisinya.

blesss akhirnya masuk juga penis papa, dan gilanya, aku bisa melihat bagaimana vagina montok mba marisa mencengkeram erat penis papa. penis itu masuk dgn gagahnya. papa mulai mendesah man da . man . enak banget memek kamu man . peret . , sembari dgn pelan-pelan pantat papa memompa pantat mba marisa sehingga penisnya bisa masuk dan keluar dgn nikmat.

om . ampun . om . buru ng om kok . perkasa gini . agh . marisa . gak tahan entah kenapa ketika mba marisa mendesah mba marisa tampak semakin erat memeluk tubuh papa dan tubuhnya bergetar-getar seperti kita saat menahan pipis. pompaan papa pun semakin di percepat dan diperganas.

aku melihat penis papa di penuhi buih-buih putih yang mungkin keluar dari vagina montok mba marisa. vagina mba marisa pun memerah dan semakin membuatnya indah. kini papa melepaskan pelukannya dari mba marisa. dan dgn masih menancapnya penis di vagina mba marisa.

dianggkatnya tubuh sintal itu dan dihimpitkan di tubuh tersebut di tembok. papa semakin perkasa saja mengoyang-goyang pantatnya maju mundur- sedangkan mba marisa hanya mendesah dan kadang-kadang menatap sayu papa. marisa . om mau keluar neh.

aku mau keluarin di dalem aja yah , sebelum mba marisa menjawap, papa semakin memasukan penisnya ke vagina mba marisa dgn frekwensi yang sangat cepat, suara gesekan antara keduanya yang tadi terdengar berirama kini mulai tak karuan. ja ja . ja . ngan om . nanti marisa . suara desahan mba marisa belum berakhir tapi papa sdh menghentikan pompaannya di titik terdalam penisnya mampu menjangkau vagina mba marisa, terlambat sayang hehe.

om puas banget neh dilepaskan pelukan papa dan mba marisa lalu langsung terhuyung lemas di kasur. segera papa membereskan dirinya, diambil tisu basah yang dia sdh persiapkan dan dibersihkan penisnya lalu papa kembali mengenakan pakaian, sedangkan mba marisa hanya bisa pasrah di sudut kasur, dia menatap kosong. napasnya pun tersengal-sengal, aku mengintip vagina mba marisa mengeluarkan cairan putih, mungkin itu sperma papa yang dgn sadisnya disemprotkan kesana.

marisa sayang makasih yah jangan kuatir kayak gini cukuplah buat lo tinggal semester depan mba marisa hanya menatap kosong. masih dgn telanjang dia merebahkan tubuhnya diatas kasur. papa pun sdh selesai berpakaian dan kini dia berpamitan dgn mba marisa. sekarang aku mulai sadar .

apa yang harus aku lakukan nggak mungkin aku terus bersembunyi di dalam lemari mba marisa. lambat lautpun mba marisa pasti akan membuka lemari ini.


Cerita Sex: Pesta Seks Di Sekolah


Bandar Judi: Memang dulu aku pernah menjadi bintang kelas sewaktu SMP maka dari itu banyak wanita yang naksir denganku, diantara wanita wanita lain Bertha yang aku akan ceritakan di bawah ini.

Perkenalkan namaku Hafiz saat ini aku bekerja di perusahaan swasta di Jakarta dan aku termasuk
eksekutif muda, kemarin aku ada meeting di Surabaya aku ingat bulan ini si Bertha ulangtahun. Secara singkat dia mempunyai body yang montok dia tingginya 171 cm.

Habis meeting aku mencoba menelpon Bertha dia mengundang untuk bermain kerumahnya, langsung saja aku cabut kerumahnya sesampainya dirumahnya banyak mobil yang parkir dan disitu sudah ramai sama teman- temannya, termasuk Danela.

Acara pesta tersebut berlangsung sampai jam 9 malam. Di pesta tersebut Bertha cerita kepadaku kalau minggu depan dia mau menikah terus Danela minggu depannya lagi, lalu Bertha cerita masa-masa dia naksir aku terus sampai sekarang dia masih kangen berat. Maklumlah sudah 2 tahunan nggak jumpa.

Kebetulan waktu itu komputer dia lagi ngadat. Nah kesempatan buatku untuk tinggal lebih lama. Langsung saja kucoba membetulkan PC-nya. Sementara di rumahnya tinggal Danela saja yang belum pulang dan orang tuanya juga nggak ada.

Pas sedang asyik mengutak-atik PC-nya, dia menungguku di sampingku dengan sekali-sekali melirikku, aku sendiri masih hati-hati mau menembak dia. Eh nggak tahunya si Danela main serobot saja.

Dari belakang Danela langsung memelukku dan meng-kiss pipiku (Danela nggak beda jauh sama Bertha, bedanya mata Bertha kebiru-biruan sedikit dan lebih hitam dari Danela). Punggungku terasa ada benda kental yang bikin aku naik.

Habis itu Danela membisikan kalau dia masih kepingin denganku, terus aku responin juga kalau aku
kangen juga, terus kulumat saja bibirnya yang mungil kemerah-merahan itu.

Danela langsung balas dengan penuh nafsu dan tetap memelukku Dari belakang tapi tangannya sudah
langsung menggerayangi penisku, dalam hati ini anak kepingin di embat nich. Aku lihat Bertha
disampingku bengong saja dan cemberut merasa kalah duluan.

Terus Bertha pergi sebentar, aku masa bodoh saja, kutarik si Danela ke pangkuanku dan bibirnya masih
kulumat habis. Gila! nafsunya besar sekali! Setelah itu kualihkan Dari bibir, kukecup terus ke bawah
sambil tanganku meraba buah dadanya yang besar dan kenyal.

Pas kukecup di belahan buah dadanya, Danela berteriak,

“Sstt…aahh..”

Dan semakin kencang remasan tangannya yang sudah masuk ke CD-ku, kubuka saja bajunya terus branya
sekalian. Kelihatan buah dadanya menggantung siap diremas habis. Dengan gemasnya kulumat habis buah
dadanya sampai dia menggelinjang keenakan,

“sstt…sstt…aahh…”

Setelah itu tanganku pindah ke CD-nya yang sudah basah, langsung saja kulepas roknya.

Dia pun kelihatan bugil tapi masih pakai CD.

Terus Bertha datang dengan membisikanku bahwa kalau mau meneruskan di dalam kamarnya saja.

“Sambung di kamar aja yuk…”

Tanpa pikir lama-lama, langsung saja kugendong Danela sambil buah dadanya terus kuhisap ke dalam kamar
Bertha.

Terus aku telentangi Danela di tempat tidur Bertha, aku lihat Danela sudah pasrah menantang, langsung
saja kubuka CD-nya, ehh ternyata bulu Danela rapi dan kecil-kecil, langsung saja kulepas celanaku sama
CD-ku sampai aku bugil ria.

“Wow…”, Terdengar teriakan Bertha kaget melihat penisku sepanjang 22 cm dan gede banget katanya
sambil ngeloyor pergi meninggalkanku dan Danela.

Aku tidak peduli lagi sama dia, langsung saja penisku aku arahkan ke vagina Danela, uhh seret banget,
dan kulihat Danela menggigit bibirnya dan berteriak,
“Aakkhh…eegghh…”

Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil tangannya meremas seprei. Rupanya dia masih Virgin
sehingga seret sekali memasukannya. Baru kepalanya saja Danela sudah teriak.

Aku tahan sebentar, terus tiba-tiba langsung saja kusodok lebih keras, Danela langsung saja teriak
kencang sekali. Masa bodoh, aku teruskan saja sodokanku sampai mentok. Rasanya nikmat banget, penisku
seperti diremas-remas dan hangat-hangat basah.


Sambil menarik napas, kulihat kalau Danela sudah agak tenang lagi, tapi rupanya dia meringis menahan
sakit, kebesaran barangkali yach? Setelah itu aku tarik penisku pelan-pelan dan kelihatan sekali
vagina Danela ikut ketarik terus kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan sama matanya terpejam-
pejam keenakan sambil teriak.

“Sstt…aahh…sshh…egghh…”

Sampai penisku tinggal kepalanya saja, langsung saja aku sodok lagi ke vaginanya sekeras-kerasnya,
“Bleesshh…”

Danela berteriak, “aahh….” Kira-kira 5 menitan vagina Danela terasa seret.

Setelah itu vaginanya baru terasa licin hingga semakin nikmat buat disodok, semakin lama sodokanku
semakin kupercepat sampai Danela kelihatan cuma bisa menahan saja. Rupanya Danela kurang agresif.
Terus kusuruh Danela menggerakan pantatnya ke kiri dan ke kanan sambil mengikuti gerakanku. Baru
beberapa menit Danela sudah teriak nggak karuan, rupanya dia mau orgasme.

Makin kupercepat gerakanku, akhirnya Danela berteriak kencang sekali sembari memelukku kencang-
kencang, lama sekali Danela memelukku sampai akhirnya dia telentang lagi kecapaian tapi penisku masih
menancap di vaginanya.

Sekilas kulihat kalau Bertha melihatku sambil menggigit jarinya, terus Bertha mendekati kami berdua
kemudian bertanya,

“Bagaimana tadi?” Aku senyum saja sambil penisku masih kutancapkan di vagina Danela, terus Bertha
duduk di tepi ranjang dan ngobrol kepadaku.

Aku iseng, kupegang tangan Bertha terus aku remas-remas. Tapi dia tetap diam saja. Setelah itu kutarik
dia lalu kucium bibirnya yang ranum dan tubuhnya kutelentangi di atas perut Danela tapi penisku masih
tetap menancap di vagina Danela, tidak ketinggalan kuremas-remas buah dada Bertha sambil matanya
terpejam menikmati lumatan bibirku dan remasan tanganku.

Sementara si Danela mencabut penisku lalu pergi ke kamar kecil dan jalannya sempoyongan seperti
vaginanya ada yang mengganjal. Terus kubuka saja baju Bertha sementara tangannya sudah merangkul
tengkukku. Setelah itu kujilati saja buah dadanya sambil sekali-kali kuhisap sampai dia menggelinjang
kegelian.

Terus kuraba CD-nya. Rupanya sudah basah, nggak ambil peduli langsung saja kulepas seluruh celananya
sampai Bertha benar-benar bugil. Terus aku suruh Bertha pegang penisku sampai muka dia kelihatan
kemerahan. Rupanya dia belum pernah merasakan begituan.

Setelah itu aku perbaiki posisinya biar nikmat buat menyodok vaginanya. Kemudian Bertha bertanya kalau
dia mau diapakan.

Aku suruh Bertha pegang penisku lalu kugesek kevaginanya. Dia tercengang mendengar kataku, tapi dia tetap melakukan juga. Sambil matanya terpejam, Bertha mulai menggesek penisku kevaginanya, pas menyentuh vaginanya, dia kelihatan nyegir sambil mendesah-desah,

“Aahh…”,

sementara aku sibuk meremas-remas sambil menjilati buah dadanya yang semakin lama semakin mengeras dan kelihatan puting buah dadanya semakin munjung keatas.

Pelan-pelan kudorong pantatku sampai penisku menempel lebih kencang di mulut vaginanya. Bertha diam saja malah semakin keras rintihannya, eh nggak tahunya Danela tiba-tiba saja mendorong pantatku sekeras-kerasnya secara langsung penisku kedorong masuk kedalam vagina Bertha sedangkan Bertha menjerit keras,

“aakkh sakit Hafiz, apa-apaan kamu”,

sambil badan Bertha menggeliat-geliat kesakitan sementara tangannya menahan pinggulku.

“Tenang Bertha kalau sakitnya hanya sebentar saja kok..”, kata Vivin menenangkan Bertha,

terus Danela malah mendorong lebih keras lagi sambil menarik tangan Bertha biar tidak menahan gerakan pinggulku. Bertha kelihatan menahan sakit sambil menggigit bibirnya. Sampai akhirnya masuk semua penisku.

Bertha kelihatan mulai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal selama menahan tadi. Aku biarkan dulu beberapa menit sambil mencumbu Bertha biar dia tambah naik sementara Danela yang masih bugil tadi melihat saja di samping tempat tidur sambil tertawa centil.

Tidak lama Bertha sudah mulai dapat naik lagi, malah semakin menggebu saja. Mulai kutarik penisku
pelan-pelan terus kusodok lalu masuk agak kencangan sedikit, seret sekali.

Tiba-tiba bell pintu berbunyi lalu Danela mengintip lewat jendela kamar lalu pakai bajunya yang
panjang sampai lutut terus Danela ngeloyor pergi sambil ngomong,

“Nyantai saja, terusin biar aku yang nemuin’,

tahu gitu aku teruskan saja kegiatanku yang sempat terhenti, aku lihat Bertha masih nyengir sambil
kepalanya geleng kekiri dan kekanan terus pinggulnya digerakan pula mengikuti irama gerakanku. Rupanya vaginanya cepat basah dan mampu menelan penisku sampai penuh.

Sementara tanganku sibuk meremas buah dada Bertha, aku terus menggenjotnya semakin cepat sampai dia mendesah-desah lebih keras terus tangannya meraba-raba punggungku lalu tiba-tiba kakinya dilipat ke atas pantatku sambil memelukku dan berteriak

“aagghh…”, kencang sekali hingga gerakanku tertahan dan terasa ada cairan hangat keluar dari vaginanya hingga menambah rasa nikmat.

Rupanya dia orgasme beruntun, setelah pelukan dia mulai kendor. Aku teruskan lagi genjotanku pelan-pelan sambil mulai mencumbu dia biar naik lagi. Tidak lama dia sudah naik lagi terus aku ambil posisi lebih tegak sambil tanganku pegang pinggulnya dan tangannya memuntir-muntir putingku sambil tersenyum manis.

Makin lama gerakanku semakin kupercepat sodokanku, waktu kudorong ke vaginanya aku keras-kerasi lalu kulihat Bertha sudah mulai memejamkan matanya dan kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan mengikuti irama genjotanku.


Aku sendiri rupanya sudah mau orgasme, maka aku genjot lebih kencang lagi sampai vaginanya bunyi kencang banget, nggak lama aku mau keluar kutarik penisku biar ejakulasi di luar.

Dia malah menahan pantatku biar nggak ditarik ke luar langsung saja kudorong lagi sembari kupeluk dia erat-erat sambil teriak,

“Aargghh.. eegghh..”,

kemudian Bertha juga teriak lama sekali, aku ejakulasi di dalam vagina Bertha sampai Bertha gelagapan nggak bisa napas, kira-kira semenitan aku dekap Bertha erat-erat sampai aku kehabisan tenaga, terus kucabut penisku dan kelihatan maniku sampai keluar dari vaginanya bareng darah perawannya yang sobek karena kerasnya serobotan penisku dibantu dorongan Danela yang keras dan tiba-tiba tadi.

Sementara itu Danela kedengarannya ngobrol sama seorang cewek, rupanya teman Bertha itu ketinggalan dompet terus kebetulan Danela juga kenal sama dia, nggak lama kemudian Danela masuk ke kamar terus menanyakan aku,

“Mau kenalan nggak sama temanku?”

“Masa aku bugil begini mau dikenalin'”, jawabku.

“Cuek saja, lagian tadi aku sama dia sudah ngintip lu waktu sama Bertha tadi”, jawab Vivin santai.

Aku bengong saja, terus Danela membisikan sesuatu ke Bertha terus Bertha mengangguk sambil tertawa cekikikan terus Bertha membisikan kepadaku supaya aku nanti menurut saja, katanya asyik sich.

Lalu Danela dan Bertha yang cuma pakai selimut menemui temannya tadi terus diajak masuk sebentar ke kamar Bertha sambil matanya ditutup pakai T-shirt Danela. Setelah itu Danela kasih isyarat ke aku biar diam saja sambil menuntun Christ (nama temannya tadi) supaya rebahan dulu di tempat tidur.

Tentu saja Christ bertanya kalau ada apa ini. Lalu Danela bilang kalau entar pasti nikmat dan nikmati
saja.

Christ mengangguk saja lalu Danela menyuruh Bertha pegang tangan Christ yang diangkat di atas
kepalanya dan Danela meraba-raba sekujur badan Christ di dalam bajunya, tentu saja Christ teriak kegelian sampai akhirnya mendesah-desah keasyikan.

lalu Danela pindah posisi dari duduk di atas paha Christ beralih ke samping sambil kasih kode ke aku
biar aku duduk menggantikan dia sambil tangan Danela dimasukan ke dalam bra punya Christ, aku menurut saja sambil mulai mengikuti Danela meraba-raba tubuh seksi Christ, sementara Christ kaget dan mulai meronta-ronta nggak mau diteruskan.

Aku yang sudah tanggung begitu langsung saja turun lalu menarik kaki Christ supaya posisi pantatnya pas di sudut tempat tidur kelihatan Bertha mengikuti dan tetap memegang tangan Christ yang sudah mulai meronta dan berteriak-teriak

“Jangan…”,

lalu Danela menutup mulut Christ dan melumat bibirnya sembari kasih kode ke aku biar diteruskan saja, langsung kubuka ritsluiting celananya dan kelihatan pahanya yang putih dan bentuk kakinya yang seksi membuat aku cepat naik, waktu aku mau peloroti CD-nya, Christ malah meronta-ronta sambil kakinya menendang-nendang hingga aku kesulitan.

Aku jepit kakinya dengan pahaku lalu CD-nya aku tarik paksa sampai di bawah lututnya terus aku berdiri
sedikit buat melepas CD-nya tadi habis itu aku kangkangi pahanya sembari aku arahkan penisku yang
sudah tegang berat ke vagina Christ yang ada di sudut tempat tidur itu.

Setelah kepala penisku menyentuh mulut vaginanya, aku pegangi pinggulnya biar Christ agak diam nggak meronta-ronta supaya aku bisa menyodok dengan mantap, gerakan pinggul Christ sudah dapat aku tahan lalu aku cepat-cepat menyodok penisku sekeras-kerasnya ke vaginanya.

Sesaat kelihatan gerakan Christ yang berontak tertahan selama aku dorong masuk penisku tadi sampai mentok, seret banget dan masih agak licin, aku lihat Danela masih melumat bibir Christ sementara Bertha melihat penisku yang sudah menancap 3/4 saja di vagina Christ tadi.

Setelah aku diamkan beberapa saat, aku tarik lagi penisku lalu kudorong masuk lagi sementara Christ
kembali meronta-ronta menambah nikmatnya goyangan liarnya, lama-lama Christ mulai melemah rontanya dan
mulai kedengaran desahan Christ, nggak tahunya Danela sudah nggak melumat bibirnya tadi.

Mendengar desahan dan rintihannya itu bikin aku semakin ganas, tanganku mulai meraba ke atas dibalik
T-shirtnya sampai menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus bra.

Lalu aku singkap bajunya ke atas terus Danela membantu membukakan bra Christ tadi sementara Bertha
sudah melepaskan pegangan tangannya dan Bertha mengambil guling lalu memeluk guling itu sambil
menggigit bibirnya sambil terus melihatku yang lagi ngerjain Christ dengan ganas.

Lalu Danela ke kamar mandi sementara aku semakin percepat gerakanku yang semakin keras sambil
kuremas-remas dan kujilati puting buah dadanya yang sudah merah merona serta desahan dan rintihan Christ yang menambah nafsuku.

Rupanya rontaan Christ yang liar membuatku semakin cepat keluar, baru 5 menitan aku sudah nggak tahan lagi, aku dorong keras-keras sambil kupeluk Christ sekencang-kencangnya sampai Christ nggak bisa nafas tapi masih tetap menggoyang pinggulnya.

Aku ejakulasi 30 detik lamanya kemudian Christ gantian mendekapku sambil menggigit telingaku sembari melenguh menahan kenikmatan yang baru dia rasakan, sementara penisku yang masih di dalam vagina Christ terasa hangat karena cairan yang keluar dari vaginanya tadi.

Christ orgasme sampai 15 detik lalu aku terkulai lemas di samping tubuh Christ lalu Danela kembali ke tempat tidur lagi dan kami berempat pun terdiam tanpa ada yang berbicara sampai tertidur semuanya.


Cerita Sex: Biduan Dangdut Yang Sange Berat


Bandar Judi: Erika adalah nama dari seorang biduan yang banyak di kenal di daerahku, wajahnya tidak begitu cantik namun tubuhnya yang seksi membuat semua orang terpana melihat aksi panggungnya. Dan lagi Erika begitu pintar mengambil hati para penontonnya apalagi bagi para laki-laki hidung belang, dengan mudahnya Erika dapat saweran yang lumayan tebal dari mereka.

Usianya baru 21 tahun karena itu dia merupakan biduan dangdut yang masih ranum-ranumnya, awalnya aku tidak pernah menduga dapat sedekat ini dengan Erika. Karena aku laki-laki yang jauh di atas umurnya, namaku Fikri dan aku seorang pedagang yang bergerak di bidang perikanan. Kini aku sudah banyak menampung pekerja hingga 500 pekerja yang semuanya berasal dari lingkunganku sendiri.

Karena itu aku cukup di kenal sebagai saudagar kaya, namun belum juga menikah diusiaku yang sudah menginjak 38 tahun. Dan bukan hanya itu saja tapi aku juga tidak pernah sekalipun melakukan adegan seperti dalam cerita ngentot meskipun tidak sedikit wanita yang mencoba mendekati aku bahkan banyak dari mereka yang mempertontonkan lekuk tubuhnya dan memang mengundang syahwatku.

Tapi aku bisa menepis semua godaan itu, hingga akhirnya aku mengenal sosok Erika. Awalnya aku mengira tidak akan pernah tertarik pada gadis seusianya, saat itu aku sedang berada di ruang karaoke salah satu tempat hiburan di kotaku, dan kebetulan temanku mengundang Erika untuk menemani kami. Karena sudah biasa bagi kami jika berkumpul di tempat seperti ini.DOMINO QQ

Selalu membawa biduan untuk menemani, kebanyakan dari teman-temanku sudah banyak menenggak minuman keras begitu juga denganku. Tapi sebelum mabuk akupun menghentikan minuman yang memabukkan itu, hingga malampun telah larut dan banyak sebagian temanku yang sudah pulang hingga akhirnya tinggal aku bersama dengan Erika yang aku lihat sudah mabuk juga.

Akupun membawanya ke dalam mobilku berniat mengantarnya pulang, tapi sampai di dalam mobil akupun jadi ingat kalau aku tidak tahu alamatnya. Mau menelpon dengan menggunakan ponselnya, akupun takut salah pencet pada orang yang salah. Akhirnya aku membawa Erika pulang ke rumahku, dan aku memberikan sebuah kamar untuk di tempati diapun hanya mengikuti karena memang sudah mabuk.

Keesokan harinya aku terbangun dan teringat pada Erika yang tidur di kamar sebelah kamarku. Akupun hendak pergi ke kamarnya tapi aku masuk ke dalam kamar mandi dulu untuk membersihkan muka serta tubuhku, saat aku kembali ke dalam kamar dengan memakai handuk aku lihat Erika sudah berada di sana. Aku sempat kaget ketika dia duduk di samping tempat tidurku.


Ketika melihatku keluar dari dalam kamar mandi diapun berkata “Makasih ya Om.. semalam sudah mengajak Erika pulang..” Aku hanya tersenyum dan berkata “Sudah kamu mandi biar segeran badannya trus kita sarapan dulu.” Erika bangun dan hendak ke kamar mandi, tapi begitu tubuh kami berdekatan bukannya langsung ke kamar mandi tapi Erika menatap mataku dengan tajamnya.

Akupun membalasnya sampai akhirnya diapun mendekat lalu memeluk tubuhku, sontak saja handuk yang aku pakai langsung terjatuh melorot. Tiba-tiba tubuh Erika menggerayangi tubuhku hingga akhirnya wajahnya kini berada di depan kontolku yang menyeruak keluar “OOooouughh… oom… Erika pingiiin…” Dan langsung saja dia mengulum kontolku dalam mulutnya.

Tanpa ada rasa segan dia terus saja melumat kontolku bahkan hingga aku bergelinjangan “OOooggggghh… aaagggghhhh… Eriiiikaa… pelaaan… sayaaang….” Namun dia terus melumatnya bahkan Erika menjilat kontolku dengan lahapnya layaknya pemain dalam adegan cerita ngentot, dan aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan yang di berikan Erika.

Dia sepertinya begitu sange melihat kontolku yang berdiri tegak, berkali-kali Erika mendenguskan hidungnya mencium kontolku dari pangkal hingga ujungnya “Aaaggggghh…. saaaayaaaang…. nikmaaat…. saaayaaang… aaaaggggghh… aaaaggghhhh…” Desahku pada saat aku rasakan kenikmatan yang tidak terkira dan tetap saja aku tutup mataku.

Hingga akupun merasa Erika kembali bangun sambil terus menggerayangi tubuhku dngan bibirnya, seperti pemain dalam adegan cerita ngentot diapun melepas pakaiannya sendiri. Hingga nampak dihadapanku tubuh mulusnya yang membuatku mataku terbelalak, aku tidak menduga kalau Erika akan melakukan hal itu di depanku. Kini dia dorong tubuhku hingga akupun terbaring di atas tempat tidur.

Dengan binalnya dia menindih tubuhku sambil berusaha memasukkan kontolku pada memeknya yang berada di atas tubuhku. Setelah sedikit mengalami kesulitan akhirnya kontolkupun menyelinap masuk dalam lubang memeknya “OOOuuggggghh… aaaaaaaggggghhhh… ooouuuggghhh…. teruuuus… saaayng…. aaaaaagggggghhhhh… aaaggggghh” Genjotan pinggul Erika sungguh nikmat rasanya.

Apalagi terkadang dia memutar-mutar pantatnya di atas kontolku “OOoooouuggghh…. oooouuuuggghhh….. ooouugghh… saaa… yang… aaaagggghhh… aaaagggghh..” Aku merasa tidak dapat menahannya, tapi bisikan ERika membuatku berusaha menahan larva hangatku “OOOuugggghh… ooomm… jaaaangaaan sekaaaaraang… aaaaggggghhh… aaagghh.. ntar lagi… ” Katanya.

Namun ketika Erika kembali memutar pantatnya sambil terus bergoyang di atas tubuhku. Tiba-tiba rasa nikmat mengalir pada setiap tubuhku lalu dengan segera tumpah saat itu juga “OOOOuuugggggghhh… aaaagggggghhh.. ooouugghhh… aaaagggggggghhh… aaaagggghhh..” Aku tekankan kontolku pada memeknya dengan cara memegang pantatanya hingga tidak lagi bergerak.

Erika sepertinya megetahui kalau aku sudah mencapai puncak klimaks dari adegan cerita ngentot kali ini “Maaf saaayaang.. Om.. suudaah nggak kuaat… aaaaaggghhh..” Erika tersenyum kini tangannya sudah melingkar memeluk tubuhku yang basah oleh keringat, diapun memberikan ciuman mesra padaku dan aku membalasnya layaknya pemain dalam adegan cerita ngentot.

Akupun memeluk tubuh Erika kemudian aku membopong tubuhnya dan memasukkannya dalam kamar mandi. Dan kamipun mandi bersama setelah itu kami nikmati sarapan yang agak telat karena masih melakukan adegan seperti dalam cerita ngentot tadi. Sejak saat itu aku merasa kalau aku memiliki rasa yang beda pada ERika, biduan dangdut yang selama ini hanya menemaniku di tempat karaoke.


Jumat, 09 November 2018

Cerita Sex: Di Paksa Oleh Teman Kuliah Ku


Bandar Judi: Aku memang terlahir dari keluarga yg bisa dibilang cukup berada. Aku anak laki laki satu-satuya. Dan juga anak terakhir. Dua kakakku perempuan semuanya. Dan jarak umur antara kami cukup jauh juga. Antara lima dan enam tahun. Karena anak bungsu dan juga satu-satunya laki laki, jelas sekali kalo aku sangat dimanja. Apa saja yg aku inginkan, pasti dikabulkan. Seluruh kasih sayg tertumpah padaku.

Dari kecil aku selalu dimanja, sampai besarpun aku terkadang masih suka minta dikeloni. Aku suka kalo tidur sembari memeluk Ibu, Mbak Tika atau Mbak Eka. Namun aku tak suka kalo dikeloni Bapak. Entah kenapa, mungkin badan Bapak besar dan tangannya ditumbuhi rambut-rambut halus yg cukup lebat.

Padahal Bapak paling sayg padaku. Karena apapun yg aku ingin minta, selalu saja diberikan. Aku memang tumbuh menjadi anak yg manja. Dan sikapku juga terus seperti anak balita, meski umurku sudah cukup dewasa.

Pernah aku menangis semalaman dan mengurung diri di dalam kamar hanya karena Mbak Eka menikah. Aku tak rela Mbak Eka jadi milik orang lain. Aku benci dgn suaminya. Aku benci dgn semua orang yg bahagia melihat Mbak Eka diambil orang lain. Setengah mati Bapak dan Ibu membujuk serta menghiburku. Bahkan

Mbak Eka menjanjikan macam-macam agar aku tak terus menangis. Memang tingkahku tak ubahnya seorang anak balita. Tangisanku baru berhenti setelah Bapak berjanji akan membelikanku motor. Padahal aku sudaH punya mobil. Namun memang sudah lama aku ingin dibelikan motor. Hanya saja Bapak belum bisa membelikannya. Kalo mengingat kejadian itu memang menggelikan sekali. Bahkan aku sampai tertawa sendiri. Habis lucu sih.., Soalnya waktu Mbak Eka menikah, umurku sudah 21 tahun.

Hampir lupa, Saat ini aku masih kuliah. Dan kebetulan sekali aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yg cukup keren. Di kampus, sebenarnya ada seorang perempuan yg perhatiannya padaku begitu besar sekali. Namun aku sama sekali tak tertarik padanya. Dan aku selalu menganggapnya sebagai kawan biasa saja. Padahal banyak kawan-kawanku, terutama yg laki laki bilang kalo perempuan itu menaruh hati padaku.

Sebut saja namanya Putri. Punya wajab cantik, kulit yg putih seperti kapas, badan yg ramping dan padat berisi serta dada yg membusung dgn ukuran cukup besar. Sebenarnya banyak laki laki yg menaruh hati dan mengharapkan cintanya. Namun Putri malah menaruh hati padaku. Sedangkan aku sendiri sama sekali tak peduli, tetap menganggapnya hanya kawan biasa saja. Namun Putri tampaknya juga tak peduli. Perhatiannya padaku malah semakin bertambah besar saja.

Bahkan dia sering main ke rumahku, Bapak dan Ibu juga senang dan berharap Putri bisa jadi kekasihku. Begitu juga dgn Mbak Tika, sangat cocok sekali dgn Putri Namun aku tetap tak tertarik padanya. Apalagi sampai jatuh cinta. Anehnya, hampir semua kawan mengatakan kalo aku sudah pacaran dgn Putri, Padahal aku merasa tak pernah pacaran dgnnya. Hubunganku dgn Putri memang akrab sekali, meskipun tak bisa dikatakan berpacaran.


Seperti biasanya, setiap hari Sabtu sore aku selalu mengajak Rudi, anjing pudel kesayganku jalan-jalan mengelilingi Monas. Perlu diketahui, aku memperoleh anjing itu dan Mas Kurniawan, suaminya Mbak Eka. Karena pemberiannya itu aku jadi menyukai Mas Kurniawan. Padahal tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Kurniawan telah merebut Mbak Eka dan sisiku. Aku memang mudah sekali disogok. Apalagi oleh sesuatu yg aku sukai. Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.

Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dgn Putri. Namun dia tak sendiri. Putri bersama Mamanya yg umurnya mungkin sebaya dgn Ibuku. Aku tak canggung lagi, karena memang sudah saling mengenal. Dan aku selalu memanggilnya Tante Anisa.

“Bagus sekali anjingnya..”, piji Tante Anisa.
“Iya, Tante. diberi sama Mas Kurniawan”, sahutku bangga.
“Siapa namanya?” tanya Tante Anisa lagi.
“Rudi”, sahutku tetap dgn nada bangga.

Tante Anisa meminjamnya sebentar untuk berjalan-jalan. Karena terus-menerus memuji dan membuatku bangga, dgn hati dipenuhi kebanggaan aku meminjaminya. Sementara Tante Anisa pergi membawa Rudi, aku dan Putri duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Tak banyak yg kami obrolkan, karena Tante Anisa sudah kembali lagi dan memberikan Rudi padaku sembari terus-menerus memuji. Membuat dadaku jadi berbunga dan padat seperti mau meledak. Aku memang paling suka kalo dipuji.

Oh, ya.., Nanti malam kamu datang..”, ujar Tante Anisa sebelum pergi.

“Ke rumah..?”, tanyaku memastikan.
“Iya.”
“Memangnya ada apa?” tanyaku lagi.
“Putri ulang tahun. Namun nggak mau dirayakan. Katanya cuma mau merayakannya sama kamu”, kata Tante Anisa Iangsung memberitahu.
“Kok Putri nggak bilang sih..?”, aku mendengus sembari menatap Putri yg jadi memerah wajahnya. Putri hanya diam saja.
“Jangan lupa jam tujuh malam, ya..” kata Tante Anisa mengingatkan.
“Iya, Tante”, sahutku.

Dan memang tepat jam tujuh malam aku datang ke rumah Putri. Suasananya sepi-sepi saja. Tak terlihat ada pesta. Namun aku disambut Putri yg memakai baju seperti mau pergi ke pesta saja. Tante Anisa dan Oom Jono juga berpakaian seperti mau pesta. Namun tak terlihat ada seorangpun tamu di rumah ini kecuali aku sendiri. Dan memang benar, ternyata Putri berulang tahun malam ini. Dan hanya kami berempat saja yg merayakannya.

Perlu diketahui kalo Putri adalah anak tunggal di dalam keluarga ini. Namun Putri tak manja dan bisa mandiri. Acara ulang tahunnya biasa-biasa saja. Tak ada yg istimewa. Selesai makan malam, Putri membawaku ke balkon rumahnya yg menghadap langsung ke halaman belakang.

Entah disengaja atau tak, Putri membiarkan sebelah pahanya tersingkap. Namun aku tak peduli dgn paha yg indah padat dan putih terbuka cukup lebar itu.

Bahkan aku tetap tak peduli meskipun Putri menggeser duduknya hingga hampir merapat dgnku. Keharuman yg tersebar dari badannya tak membuatku bergeming.

Putri mengambil tanganku dan menggenggamnya. Bahkan dia meremas-remas jari tanganku. Namun aku diam saja, malah menatap wajahnya yg cantik dan begitu dekat sekali dgn wajahku. Begitu dekatnya sehingga aku bisa merasakan kehangatan hembusan napasnya menerpa kulit wajahku. Namun tetap saja aku tak merasakan sesuatu.

Dan tiba-tiba saja Putri mencium bibirku. Sesaat aku tersentak kaget, tak menyangka kalo Putri akan seberani itu. Aku menatapnya dgn tajam. Namun Putri malah membalasnya dgn sinar mata yg saat itu sangat sulit ku artikan.

“Kenapa kau menciumku..?” tanyaku polos.
“Aku mencintaimu”, sahut Putri agak ditekan nada suaranya.
“Cinta..?” aku mendesis tak mengerti.

Entah kenapa Putri tersenyum. Dia menarik tanganku dan menaruh di atas pahanya yg tersingkap Cukup lebar. Meskipun malam itu Putri mengenakan rok yg panjang, namun belahannya hampir sampai ke pinggul. Sehingga pahanya jadi terbuka cukup lebar. Aku merasakan betapa halusnya kulit paha perempuan ini. Namun sama sekali aku tak merasakan apa-apa.

Dan sikapku tetap dingin meskipun Putri sudah melingkarkan tangannya ke leherku. Semakin dekat saja jarak wajah kami. Bahkan badanku dgn badan Putri sudah hampir tak ada jarak lagi. Kembali Putri mencium bibirku. Kali ini bukan hanya mengecup, namun dia melumat dan mengulumnya dgn penuhl gairah.

Sedangkan aku tetap diam, tak memberikan reaksi apa-apa. Putri melepaskan pagutannya dan menatapku, Seakan tak percaya kalo aku sama sekali tak bisa apa-apa.

“Kenapa diam saja..?” tanya Putri merasa kecewa atau menyesal karena telah mencintai laki-laki sepertiku.

Namun tak.., Putri tak menampakkan kekecewaan atau penyesalan Justru dia mengembangkan senyuman yg begitu indah dan manis sekali. Dia masih melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan dia menekan dadanya yg membusung padat ke dadaku.

Terasa padat dan kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yg hangat. Namun aku tak tahu dan sama sekali tak merasakan apa-apa meskipun Putri menekan dadanya cukup kuat ke dadaku. Seakan Putri berusaha untuk membangkitkan gairah kejantananku. Namun sama Sekali aku tak bisa apa-apa. Bahkan dia menekan dadanya yg membusung padat ke dadaku.

“Memangnya aku harus bagaimana?” aku malah balik bertanya.
“Ohh..”, Putri mengeluh panjang.

Dia seakan baru benar-benar menyadari kalo aku bukan hanya tak pernah pacaran, namun masih sangat polos sekali. Putri kembali mencium dan melumat bibirku. Namun sebelumnya dia memberitahu kalo aku harus membalasnya dgn cara-cara yg tak pantas untuk disebutkan. Aku coba untuk menuruti keinginannya tanpa ada perasaan apa-apa.

“Ke kamarku, yuk..”, bisik Putri mengajak.
“Mau apa ke kamar?”, tanyaku tak mengerti.
“Sudah jangan banyak tanya. Ayo..”, ajak Putri setengah memaksa.
“Namun apa nanti Mama dan Papa kamu tak marah, Put?”, tanyaku masih tetap tak mengerti keinginannya.

Putri tak menyahuti, malah berdiri dan menarik tanganku. Memang aku seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke dalam kamar perempuan ini. Bahkan aku tak protes ketika Putri mengunci pintu kamar dan melepaskan bajuku. Bukan hanya itu saja, dia juga melepaskan celanaku hingga yg tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun aku tak merasa malu, karena sudah biasa aku hanya memakai celana dalam saja kalo di rumah.

Putri memandangi badanku dan kepala sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Namun aku tak tahu apa arti semuanya itu. Lalu dia menuntun dan membawanya ke pembaringan. Putri mulai menciumi wajah dan leherku. Terasa begitu hangat sekali hembusan napasnya.

“Putri..”

Aku tersentak ketika Putri melucuti pakaiannya sendiri, hingga hanya pakaian dalam saja yg tersisa melekat di badannya. Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Untuk pertama kalinya, aku melihat sosok badan sempurna seorang perempuan dalam keadaan tanpa busana. Entah kenapa, tiba-tiba saja dadaku berdebar menggemuruh Dan ada suatu perasaan aneh yg tiba-tiba saja menyelinap di dalam hatiku.


Sesuatu yg sama sekali aku tak tahu apa namanya, Bahkan seumur hidup, belum pernah merasakannya. Debaran di dalam dadaku semakin keras dan menggemuruh saat Putri memeluk dan menciumi wajah serta leherku. Kehangatan badannya begitu terasa sekali. Dan aku menurut saja saat dimintanya berbaring. Putri ikut berbaring di sampingku. Jari-jari tangannya menjalar menjelajahi sekujur badanku. Dan dia tak berhenti menciumi bibir, wajah, leher serta dadaku yg bidang dan sedikit berbulu.

Tergesa-gesa Putri melepaskan penutup terakhir yg melekat di badannya. sehingga tak ada selembar benangpun yg masih melekat di sana. Saat itu pandangan mataku jadi nanar dan berkunang-kunang. Bahkan kepalaku terasa pening dan berdenyut menatap badan yg polos dan indah itu. Begitu rapat sekali badannya ke badanku, sehingga aku bisa merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Namun aku masih tetap diam, tak tahu apa yg harus kulakukan. Putri mengambil tanganku dan menaruh di dadanya yg membusung padat dan kenyal.

Dia membisikkan sesuatu, namun aku tak mengerti dgn permintaannya. Sabar sekali dia menuntun jari-jari tanganku untuk meremas dan memainkan bagian atas dadanya yg berwarna coklat kemerahan. Tiba-tiba saja Putri. menjambak rambutku, dan membenamkan Wajahku ke dadanya. Tentu saja aku jadi gelagapan karena tak bisa bernapas. Aku ingin mengangkatnya, namun Putri malah menekan dan terus membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Saat itu aku merasakan sebelah tangan Putri menjalar ke bagian bawah perutku.

“Okh..?!”.

Aku tersentak kaget setengah mati, ketika tiba-tiba merasakan jari-jari tangan Sari menyusup masuk ke balik celana dalamku yg tipis, dan..“Putri, apa yg kau lakukan..?” tanyaku tak mengerti, sembari mengangkat wajahku dari dadanya.

Putri tak menjawab. Dia malah tersenyum. Sementara perasaan hatiku semakin tak menentu. Dan aku merasakan kalo bagian badanku yg vital menjadi tegang, keras dan berdenyut serasa hendak meledak. Sedangkan Putri malah menggenggam dan meremas-remas, membuatku mendesis dan merintih dgn berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Namun aku hanya diam saja, tak tahu apa yg harus kulakukan. Putri kembali menghujani wajah, leher dan dadaku yg sedikit berbulu dgn ciuman-ciumannya yg hangat dan penuh gairah membara.

Memang Putri begitu aktif sekali, berusaha membangkitkan gairahku dgn berbagai macam cara. Berulang kali dia menuntun tanganku ke dadanya yg kini sudan polos.

“Ayo dong, jangan diam saja..”, bisik Putri disela-sela tarikan napasnya yg memburu.
“Aku.., Apa yg harus kulakukan?” tanyaku tak mengerti.
“Cium dan peluk aku..”, bisik Putri.

Aku berusaha untuk menuruti semua keinginannya. Namun nampaknya Putri masih belum puas. Dan dia semakin aktif merangsang gairahku. Sementara bagian bawah badanku semakin menegang serta berdenyut.

Entah berapa kali dia membisikkan kata di telingaku dgn suara tertahan akibat hembusan napasnya yg memburu seperti lokomotif tua. Namun aku sama sekali tak mengerti dgn apa yg d ibisikkannya. Waktu itu aku benar-benar bodoh dan tak tahu apa-apa. Meski sudah berusaha melakukan apa saja yaang dimintanya.

Sementara itu Putri sudah menjepit pinggangku dgn sepasang pahanya yg putih mulus. Putri berada tepat di atas badanku, sehingga aku bisa melihat seluruh lekuk badannya dgn jelas sekali.

Entah kenapa tiba-tiba sekujur badanku menggelelar ketika penisku tiba-tiba menyentuh sesuatu yg lembab, hangat, dan agak basah. Namun tiba-tiba saja Putri memekik, dan menatap bagian penisku. Seakan-akan dia tak percaya dgn apa yg ada di depan matanya. Sedangkan aku sama sekali tak mengerti. PadahaI waktu itu Putri sudah dipengaruhi gejolak membara dgn badan polos tanpa sehelai benangpun menempel di badannya.

“Kau..”, desis Putri terputus suaranya.
“Ada apa, Lid?” tanyaku polos.

“Ohh..”, Putri mengeluhh panjang sembari menggelimpangkan badannya ke samping. Bahkan dia langsung turun dari pembaringan, dan menyambar pakaiannya yg berserakan di lantai. Sembari memandangiku yg masih terbaring dalam keaadaan polos, Putri mengenakan lagi pakaiannya. Waktu itu aku melihat ada kekecewaan tersirat di dalam sorot matanya. Namun aku tak tahu apa yg membuatnya kecewa.

“Ada apa, Sar?”, tanyaku tak mengerti perubahan sikapnya yg begitu tiba-tiba.
“Tak.., tak ada apa-apa, sahut Putri sembari merapihkan pakaiannya.

Aku bangkit dan duduk di sisi pembaringan. Memandangi Putri yg sudah rapi berpakaian. Aku memang tak mengerti dgn kekecewannya. Putri memang pantas kecewa, karena alat kejantananku mendadak saja layu. Padahal tadi Putri sudah hampir membawaku mendaki ke puncak kenikmatan.


Cerita Sex: Sekretaris Ku Yang Ingin Minta Di Ngentot


Bandar Judi: Pagi itu pada saat jam masuk kantor aqu berpapasan dgnnya di pintu masuk, seperti umum kita sama-sama tersenyum serta mengatakan selamat pagi. Ah lucu juga kita yg telah kenal satu tahun lebih masih tetap melaqukan rutinitas sesuai sama itu, walau sebenarnya untuk hitungan saat sepanjang tiga th. kita mesti lebih akrab dari itu, namun ingin bagaimana sekali lagi karna Santi orangnya memanglah sesuai sama itu jadi aqupun terikut-bawa, aqu sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yg sesuai sama itu cuma untuk melindungi jarak dgn beberapa orang di lingkungan kerja atau memanglah dia miliki karakter sesuai sama itu mulai sejak lahir.

Mungkin saja saat itu aqu tengah mendapat mujur, pas di pintu masuk tak tahu apa pemicunya mendadak saja Yenni seperti juga akan terjatuh serta refleks aqu mencapai tubuhnya dgn maksud untuk menahan agar dia tidak betul-betul terjatuh, namun tanpa ada berniat tanganku menyentuh suatu hal dibagian dadanya.

Sesudah bisa berdiri dgn prima Yenni melihat ke arahku sembari tersenyum, ya ampun menurutku itu adalah suatu hal yg istimewa mengingat sifatnya yg kuketahui sampai kini.

“Terima kasih Pak Hardy, nyaris saja aqu terjatuh. ”

“Oh, gag apa-apa, maaf baru saja tidak berniat. ”

“Tak apa-apa. ”

Seperti tersebut dialog yg berlangsung pagi itu. Meskipun gag ingin mikirin selalu peristiwa itu namun aqu tetaplah terasa kurang enak karna sudah menyentuh suatu hal pada tubuhnya meskipun gag berniat, saat kutengok ke arah meja kerjanya lewat kaca pintu ruangku dia juga nampaknya kepikiran dgn peristiwa itu, untung saat masuk kerja masih tetap empat puluh lima menit sekali lagi jadi belumlah ada orang, kalau pada saat itu telah beberapa orang mungkin saja dia terkecuali terasa kaget akan terasa malu.

Aqu kembali melaqukan kebiasaan sehari-harinya menekuni angka-angka yg yg gag ada ujungnya. Telah kebiasaanku tiap-tiap tiga puluh menit melihat gambar pemandangan yg kutempel dikaca pintu ruangku untuk hindari kelelahan pada mata, namun nyatanya ada suatu hal yg beda di seberang pintu ruangku pada hari itu, aqu lihat Santi tengah melihat ke arah yg sama hingga pandangan kami berjumpa.

Sekali lagi, dia tersenyum kearahku, aku jadi jadi bertanya-tanya ada apa kiranya dgn wanita itu, aku yg geer atau memanglah dia jadi beda hari ini, ah mungkin saja cuma fikiranku saja yg ngelantur.

Jam istirahat makan seperti umum kebanyakan orang ngumpul di EDR untuk makan siang, serta satu kebetulan sekali lagi saat cari tempat duduk nyatanya kursi yg kosong berada di samping Yenni, pada akhirnya aqu duduk di sana serta memakan makanan yg telah kuambil.

Sesudah usai makan, rutinitas kami bercakap ngalor-ngidul sembari menanti saat istirahat habis, karna aqu duduk disamping dia jadi aqu bercakap sama dia, walau sebenarnya terlebih dulu aqu males bercakap sama dia.

“Gimana berita suaminya ni? ” aku mulai percakapan

“Baik pak. ”

“Trus bagaimana kerjaannya? masih tetap ditempat yg dahulu? ”

“Sekarang tengah melanjutkan studi di amerika, baru pergi sebulan yg kemarin. ”

“Oh demikian, baru tahu aqu. ”

“Ingin lebih pandai tuturnya pak. ”

“Ya baguslah bila demikian, kan nanti juga untuk mesa depan berdua. ”

“Iya pak. ”

Sesudah jam istirahat habis semuanya kembali pada ruang semasing untuk melanjutkan kerjaan yg barusan berhenti. Akupun kembali tenggelam dgn kerjaanku.

Jam 1/2 tujuh aqu punya maksud beres-beres karna capek juga kerja selalu, tanpa ada berniat aqu nengok ke arah pintu ruangku nyatanya Yenni masih tetap berada di mejanya. Sesudah semuanya beres aqupun keluar dari ruang serta punya maksud untuk pulang, aku melalui mejanya serta iseng aku nyapa dia.

“Kok tumben hari gini masih tetap belum juga pulang? ”
“Iya pak, ini baru ingin pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini”

Aku rasakan style bicaranya beda hari ini, tidak seperti hari-hari terlebih dulu yg bila bicara senantiasa kedengaran resmi, yg menyebabkan rasa tidak akrab.

“Ya telah jika demikian kita bareng saja. ” ajakku tawarkan.
“Tak usah pak, agar aqu pulang sendiri saja. ”
“Gag apa-apa, mari kita bareng, ini telah sangat malam. ”
“Baik Pak bila demikian. ”

Sembari jalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan layanan yg meskipun sebenarnya tujuannya cuma iseng saja.

“Gimana jika Santi bareng aqu, kita kan searah. ”
“Gag usah pak, agar aqu gunakan angkutan umum atau taksi saja. ”
“Lho, janganlah gitu, ini telah malem, gag baik wanita jalan sendiri malem-malem. ”
“Baik bila demikian pak. ”

Di selama jalan yg dilewati kami tidak banyak bicara hingga pada akhirnya aqu cermati dia agak beda, dia terlihat murung, mengapa ini wanita.

“Lho kok nampaknya murung, mengapa? ” tanyaqu penasaran.
“Gag apa-apa pak. ”
“Gag apa-apa kok ngelamun demikian, butuh rekan buat bercakap? ” tanyaqu memancing.
“Gag ah pak, malu. ”
“Kok malu sich, gag apa-apa kok, bercakap saja aqu dengarkan, jika dapat serta butuh mungkin saja aqu juga akan bantu. ”
“Susah mulainya pak, soalnya ini sangat pribadi. ”
“Oh demikian, ya jika gag ingin ya gag usah, aqu gag juga akan maksa. ”
“Tapi sebenarnya memanglah aqu butuh orang untuk rekan bercakap mengenai problem ini. ”
“Ya telah jika demikian obrolin saja sama saya, rahasia ditanggung kok. ”

“Ini masalah suami aqu pak. ”
“Ada apa dgn suaminya? ”
“Itu yg buat aqu malu untuk meneruskannya. ”
“Gag usah malu, kan telah saya katakan ditanggung kerahasiaannya jika Yenni bercakap ke saya. ”
“Anu, saya seringkali baca buku-buku tentang hubungan suami istri. ”
“Trus mengapa? ”
“aku baca, akhir dari hubungan tubuh pada suami istri yg bagus yaitu orgasme yg dihadapi oleh keduanya. ”
“Trus letak permasalahannya di mana? ”
“Mengenai orgasme, saya hingga dgn saat ini aqu cuma pernah membacanya tanpa ada sempat merasakannya. ”

Saya sekalipun gag sempat mengira jika perbincangannya juga akan menghadap ke sana, dalam hati saya membatin, masa sich kawin satu 1/2 th. sekalipun belum juga sempat alami orgasme? muncul niatku untuk beramal : -)

“Masa sich ni, apa benar anda belum juga sempat rasakan orgasme seperti yg baru saja anda katakan? ”
“Betul pak, kebetulan aqu ngobrolin problem ini dgn ayah, jadi setaknya ayah dapat berikan input karna mungkin saja ini yaitu problem lelaki. ”
“Ya, bagaimana ya, saat ini kan suami Yenni sekali lagi gag ada, semestinya saat suami Yenni ada berbarengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi problem itu”
“Pernah sekian kali saya ajak suami aqu, namun menampik serta pada akhirnya bila aqu singgung problem itu cuma menyebabkan pertikaian di antara kami. ”

Tanpa ada merasa jam telah tunjukkan jam delapan malam, serta tanpa ada merasa juga kami telah tiba dimuka tempat tinggal Yenni , Saya punya maksud mengantar dia hingga depan pintu tempat tinggalnya.

“Tak usah pak, agar hingga sini saja. ”
“Gag apa-apa, taqut ada apa-apa agar saya antar hingga depan pintu. ”

Basic, kakiku memijak suatu hal yg lembek ditanah serta nyaris saja terpeleset karna penerangan dimuka tempat tinggalnya agak kurang. Setelah tiba di teras tempat tinggalnya kulihat kakiku, ternya yg kunjak barusan yaitu suatu hal yg kurang enak untuk dijelaskan, beberapa hingga sepatuku samping kiri nyaris setengahnya terkena.

“Aduh Pak Hardy, bagaimana dong itu kakinya. ”
“Gag apa-apa, kelak saya bersihkan jika telah nyampe tempat tinggal. ”
“Dicuci di sini saja pak, kelak gag enak selama jalan kecium baunya. ”
“Ya telah, jika demikian saya turut ke toilet. ”

Sesudah bersihkan kaki saya diperliahkan duduk di ruangan tamunya, serta nyatanya di sana telah menanti satu gelas kopi hanngat. Sembari menanti kakiku kering kami terlibat perbincangan sekali lagi.

“Oh ya ni, tentang yg anda katakan barusan di jalan, bagaimana langkah anda mengatasinya? ”
“aku sendiri bingung Pak mesti bagaimana. ”

Mendengar jawaban sesuai sama itu dalam otakku muncul fikiran kotor lelaki.

“Gimana bila besok-besok aqu kasih apa yg anda ingin? ”
“Yg aqu ingin yg mana pak. ”
“Lho, itu yg selama jalan anda katakan belum juga sempat ngalamin. ”
“Ah ayah dapat saja. ”
“Bener kok, saya bersedia ngasih itu ke anda. ”

Termenung dia mendengar perkataanku barusan, lihat dia yg tengah menerawang saya berfikir mengapa harus juga besok-besok, mengapa gag saat ini saja pada saat ada peluang.

Kudekati dia serta kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sembari memandang kearahku dgn penuh tanda bertanya. Kudekatkan wajahku ke berwajah serta kukecup pipi samping kanannya, dia diam tidak bereaksi.

Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam tak tahu apa yg ada dibenaknya serta tetaplah diam, kulanjutkan mencium hidungnya serta dia pejamkan mata.

Nyatanya napsu telah menggerogoti kepalaqu, kulumat bibirnya yg tidak tebal serta nyatanya dia membalas lumatanku, bibir kami sama-sama berpagut serta kulihat dia demikian meresapi serta nikmati adegan itu.

Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yg lebih panjang, dia cuma ikuti sembari menatapku. Kembali kulumat bibirnya, sekali lagi, dia membalasnya dgn penuh semangat.

Dgn tempat duduk sesuai sama itu tanganku dapat mulai bekerja serta bergerilya. Kuraba sisi dadanya, dia jadi bergerak seakan-akan menyodorkan dadanya untuk kukerjain.

Kuremas dadanya dari luar pakaiannya, tangan kirinya buka kancing baju sisi atasnya lalu menuntun tangan kananku untuk masuk dalam BHnya. Ya ampun bener-bener telah gag tahan dia rupanya.

Kulepas tangan serta bibirku dari tubuhnya, saya beralih tempat bertumpu pada pegangan sofa tempatku duduk serta buka kalkiku lebar-lebar.

Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju serta BHnya yg saat itu telah nempel gag karuan, kuciumi leher sisi belakang Yenni serta tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya semasing satu, dia bertumpu kebadanku seperti lemas tidak mempunyai tenaga untuk menyokong tubuhnya sendiri serta mulai kuremas payudaranya sembari selalu kuciumi tengkuknya.

Sesudah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai beralih kebawah menyusuri sisi perutnya serta berhenti di dalam selangkangannya, dia melenguh saat kuraba sisi itu.

Kusingkap roknya serta tanganku segera masuk ke celana dalamnya, kutemukan suatu hal yg hangat-hangat lembab di sana, telah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dgn jari tengah tangan kiriku.

“Ohh.. ehh.. ”

Saya makin bernapsu mendgn rintihannya serta kumasukkan jariku ke kemaluannya, suaranya makin jadi. Kukeluar masukan jariku di sana, tubuhnya makin melenting seperti batang plastik kepanasan, selalu kukucek-kucek makin cepat tubuhnya bergetar terima perlaquanku. Dua puluh menit lamanya kulakukan itu serta pada akhirnya keluar nada dari mulutnya.

“Udah dahulu pak, saya gag tahan ingin pipis. ”
“Jangan ditahan, biarlah saja terlepas. ”
“Aduh pak, gag tahan, Yenni ingin pipis.. ohh.. ahh. ”

Tubuhya makin bergetar, serta pada akhirnya.

“Ahh.. uhh. ”

Tubuhya mengejang sekian waktu sebelumnya pada akhirnya dia lunglai bersender kedadaqu.

“Gimana ni rasa-rasanya? ”
“Enak pak. ”

Kulihat air matanya berlinang.

“Kenapa anda menangis ni. ”

Dia diam tidak menyahut.

“Kamu nyesel telah melaqukan ini? ” tanyaku.
“Bukan pak. ”
“Lantas? ”
“aku bahagia, pada akhirnya saya memperoleh apa yg saya idam-idamkan sampai kini yg semestinya datang dari suami saya. ”
“Oh demikian. ”

Kami sama-sama terdiam sekian waktu hingga saya lupa kalau jari tengah tangan kiriku masih tetap bersarang di dalam kemaluannya serta saya cabut perlahan-lahan, dia menggeliat saat kutarik jari tanganku, serta saya masih tetap tercenung dgn kalimat paling akhir yg terlontar dari mulutnya, benar rupanya.. dia belum juga sempat rasakan orgasme.

“Mau ke kamar mandi pak? ”

Mendadak nada itu menyadarkanku dari lamunan..

“Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?”
“Sebelah sini pak”, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali ke ruang tamu sementara aqu mencuci bagian tangan yg tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aqu berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat
dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yg ada dalam pikirannya waktu itu.

“Ni…, udah malam nih, sa

a pulang dahulu ya.. ”

Terhenyak dia serta menatapku..

“Emm, pak, ingin gag malam hari ini nemanin Yenni ? ”

Kaget juga aqu terima pertanyaan sesuai sama itu karna memanglah tidak fikiran untuk bermalam dirumahnya malam hari ini, namun aqu tidak ingin tidak sesuai harapan dia yg memohon dgn muka mengharap.

“Waktu kan banyak, besok kita ketemu sekali lagi di kantor, serta kapan-kapan kita masih tetap dapat ketemu di luar kantor. ”

Dia berdiri serta menghampiriku..

“Terima kasih ya pak, Yenni begitu bahagia malam hari ini, saya berharap ayah tidak jemu temani saya. ”
“Kita kan kenal telah lama, saya senantiasa bersedia untuk menolong anda dalam soal apa pun. ”
“Sekali sekali lagi terima kasih, bisa bila ingin pulang saat ini serta tolong berikan salam saya bikin ibu. ”

Pada akhirnya aqu pulang dgn selalu dihinggapi pertanyaan di dalam fikiranku, mengapa dia dapat demikian, kasihan sekali dia.

Seperti umum esoknya aqu masuk kantor pagi-pagi sekali karna memanglah senantiasa banyak pekerjaan yg mesti dikerjakan, kupikir belumlah ada siapapun juga karna umumnya yg telah ada saat aqu datang yaitu office boy, namun nyatanya pagi itu aqu diterima dgn senyuman Yenni yg telah duduk di meja kerjanya.

Tidak seperti umum, pada hari-hari terlebih dulu aqu senantiasa lihat Santi dalam tampilan yg beda dari pagi hari ini, saat ini dia tampak berseri serta berkesan ramah serta akrab.

“Pagi Ni. ”
“Pagi pak. ”
“Gimana, dapat tidur pulas barusan malam? ”
“Ah ayah, dapat saja, barusan malam saya tidur nyenyak sekali. ”
“Ya telah, saya tinggal dahulu ya, selamat bekerja. ”
“Iya pak. ”

Aku melanjutkan langkahku menuju ruangan kerjaqu yg memanglah tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruang kembali aqu menengokkan muka ke arahnya, nyatanya dia masih tetap menatapku sembari tersenyum.

Tidak seperti umumnya, Aku rasakan hari ini bekerja adalah suatu hal yg menjemukan, jemu rasa-rasanya hadapi pekerjaan yg memanglah dari waktu ke waktu senantiasa saja ada suatu hal yg mesti diulang, pada akhirnya aqu menulis narasi ini.


HP di dalam saqu celanaqu berbunyi, ada SMS yg masuk, kubuka SMS itu yg rupanya datang dari wanita diseberang ruangku yg barusan pagi menatapku hingga Aku masuk ke ruang ini.. ya dia, Yenni .

“Pak, kelak mlm ada acara tidak? jika tidak dapat tidak ayah menuhin janji ayah barusan malam. ”

Demikianlah isi SMS yg kuterima, aqu berfikir agresif juga nih wanita selanjutnya. Kuangkan telepon yg ada di atas meja kerjaqu serta kutekan nomor extensin dia.

“Kenapa gitu Ni, ingin ngajak kemana? ”
“Eh ayah, kirain siapa, egag, Yenni telah nyediain makan malam dirumah, ayah dapat kan makan malam sama Yenni kelak malam? ”
“Boleh, bila gitu kelak pulang saya tunggulah di ruangan parkir ya. ”
“Iya pak, ma kasih. ”

Sore hari aqu terperanjat karna saat pulang telah lewatkan sepuluh menit, bergegas kubereskan ruangku serta lari menuju ruangan parkir. Di sana Yenni telah menungguku, namun dia tersenyum saat melihatku datang, semula kupikir dia juga akan kecewa, namun syukurlah kelihatanyya dia tidak kecewa.

“Maaf jadi nunggu ya Ni, mesti beres-beres suatu hal dahulu. ”
“Gag apa-apa pak, Yenni juga baru saja ada yg mesti dikerjakan dahulu dgn neni. ”
“Yo. ” kataqu sembari membukkan pintu buat dia, serta dia masuk dalam mobil lalu duduk disebelahku.

Diperjalanan kami bercakap ke sana kemari, serta tanpa ada merasa pada akhirnya kami masuk ke komplek perumahan di mana Santi tinggal lantas kami turun menuju ke tempat tinggalnya. Dia buka pintu depan tempat tinggalnya dgn sulit, rupanya ada problem dgn kunci pintu itu.

Saya tidak berupaya membantunya, karna dari belakang baru kuperhatikan kesempatan ini bila sisi tengah belakang punya Yenni menarik sekali, lingkarannya tidak sangat besar, namun aqu percaya lelaki juga akan sukai apabila memandangnya dalam kondisi 1/2 berjongkok sesuai sama itu.

Pada akhirnya pintu terbuka juga serta dia mempersilakan aqu masuk, serta kamipun masuk. Sesudah mempersilakan aqu untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, kemudian dia kembali sekali lagi dgn baju yg telah digantinya, dia tidak segera menghampiriku namun selalu mengambil langkah ke arah dapur serta kembali dgn satu gelas air putih serta satu gelas kopi, lantas dia menyodorkan kopi itu kepadaqu.

“Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, anda kok gag minum kopi juga Ni? ”
“Saya gag sempat minum kopi pak, gag bisa sama si mas. ”
“Oh gitu. ”
“Pak mobilnya dimasukin garasi saja ya, agar Yenni yg mindahin. ”
“Bolah, sekalian saya ingin turut ke kamar mandi dahulu, tubuh rasa-rasanya gag enak bila masih tetap ada keringatnya. ”
“Handuknya berada di kamar mandi pak. ”

Dia berdiri sembari terima kunci mobil yg kuserahkan sedang saya ngeloyor ke kamar mandi untuk selalu bersihkan tubuh yg memanglah rasa-rasanya agak gag enak sesudah baru saja diperjalanan ditempatkan ke keadaan jalan yg cukup macet tidak seperti umum.

Keluar dari kamar mandi kudapati Yenni terlihat sedikit bingung, kutanya dia,

“Kenapa Ni, kok seperti yg bingung demikian.. ”
“Anu pak, baru saja ada telepon dari restoran yg saya pesani untuk makan malam, tuturnya gag dapat nganter makanan yg dipesan karna kendaraannya gag ada. ”
“Ya telah gag apa-apa, kita kan dapat buat makanan sendiri, miliki apa yg dapat dibuat? ”
“Adu pa, Yenni jadi malu. ”
“Udah gag apa-apa kok, jadi jadi bagus kita dapat masak berbarengan. ”

Kataqu sembari tersenyum, Yenni melangkahkan kakinya menuju dapur serta kuikuti, hingga didapur dia buka almari es yg nyatanya cuma ada sedikit makanan yg siap masak di sana. Pada akhirnya kami masak masakan seadanya sembari terlibat perbincangan ke sana kemari.

Tanpa ada berniat aqu cermati postur tubuh Yenni yg tampak beda dgn baju yg dipakai saat ini, baju yg sedikir agak ketat mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak terang, benar-benar bentuk tubuh yg prima untuk wanita seusia dia

Tanpa ada sadar kuhampiri dia serta dari belakang kupeluk dia yg tengah melaqukan tugasnya jadi ibu rumah-tangga, dia melihat kearahku serta tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya serta dia menyambutnya, awalannya cuma ciuman umum hingga pada akhirnya kami sama-sama berpagutan di sini, ya di dapur kepunyaannya.

Berlanjut selalu pergulatan bibir itu, kuraba buah dadanya serta kuremas dari luar pakaiannya. Tangan Yenni bergerak buka kancing baju sisi depan dilanjutkan dgn menyingkapkan BH yg dia gunakan, dgn sekian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya.

Sekian waktu lalu kulepaskan bibirku dari bibirnya serta kuarahkan ke buah dadanya yg tampak benar-benar indah dgn warna puting yg kemerahan, kujilat puting yg samping kanan serta dia menarik nafas dalam terima perlaquan itu, pada akhirnya kukulum puting itu serta kuhisap dalam-dalam sembari tangan kananku tetaplah meremas dadanya yg samping kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, serta kuremas pantat yg kenyal itu. Kumasukkan tangan itu kedalam rok yg dia gunakan serta di sana kuraba ada suatu hal yg hangat serta sedikit basah serta kuraba-raba sisi itu terus-terusan.

Rupanya dia tidak tahan terima sikapku itu, tangannya bergerak buka resleting roknya serta melorotkannya kebawah. Saya hentikan aktivitas bibirku di buah dadanya lantas bubuka celana dalamnya serta kutemukan bulu indah yg tidak sangat banyak di sana kusingkapkan sedikit serta kuarahkan bibirku ke sana serta kujilat sisi kecil yg menonjol di sana.

Nada lenguhan dari bibirnya telah tidak terbaygkan sekali lagi, juga akan perpanjang narasi bila saya tuliskan di sini.

“Oh, pak, saya belum juga sempat rasakan ini, oh.. ”

Saya selalu meneruskan aktivitas lidahku diselangkangannya sembari selalu memasukkan lidah ini dalam gua lembab yg berbau ciri khas punya wanita.

Lenguhan untuk lenguhan selalu keluar dari mulutnya hingga pada akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang serta bergetar dgn keluarkan teriakan yg tidak dapat ditahan dari mulutnya, dia telah tiba ke puncak kesenangan sentuhan seseorang lelaqu seperti saya ini, serta pada akhirnya kuhentikan aktivitasku itu lantas berdiri menghadap dia, danpa kuduga dia mencium bibirku.

“Pak kita ke kamar ya. ”

Dia membimbingku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu tampak rapi, lantas kami duduk di tepi tempat tidur serta kembali sama-sama berpagutan di sana. Dia bangkit berdiri di hadapanku seraya ajukan pertanyaan.

“Boleh saya buka baju ayah? ”

Aku cuma tersenyum menyikapi pertanyaan itu, lantas dia buka semua baju yg kukenakan hingga ke celana dalamku. Dia memegang senjataqu yg dia temui di balik celana dalam yg barusan terbuka, lantas dia menciumnya serta menjilatinya, sangat nikmat rasa-rasanya.

“Dari dahulu saya menginginkan melaqukan ini, namun suami saya gag sempat ingin diperlaqukan begini. ”

Dia berkata demikian sembari kembali melanjutkan aktivitasnya menjilati senjata milikku, tanpa ada kuduga dia teruskan aktivitasnya barusan dgn mengulum serta menyedot batang kemaluanku, serta rasa-rasanya lebih nikmat dari yg barusan kurasakan. Pada akhirnya dia berhenti berlaqu sesuai sama itu serta berkata.

“Pak, tidurin Yenni ya. ”

Tanpa ada menanti keinginan itu terulang aqu baringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Saya ciumi sekujur tubuhnya yg dibalas dgn gelinjangan tubuh mulus itu, pada akhirnya sesudah demikian lama kucoba masukan kemaluanku dalam lubang senggama yg memanglah telah basah sejak dari barusan, serta “Ahh.. ” tersebut yg keluar dari mulut Yenni , benar-benar sangat nikmat rasa-rasanya masuk tubuh yg telanjang ini, serta satu sekali lagi, lubang kemaluannya masih tetap merasa cukup sempit serta menggigit, terbersit lam fikiranku satu pertanyaan, sebesar apa punya suaminya hingga lubang ini masih tetap merasa sempit begini.

Kuperhatikan jam yg berada di dinding kamarnya tunjukkan kalau aqu telah mengeluar masukan kemaluanku dalam tubuhnya sepanjang dua puluh menit serta pada akhirnya kembali kurasakan tubuhnya mengejang sembari keluarkan bebrapa nada aneh dari mulutnya, pada akhirnya dia menggelepar sembari memeluk tubuhku erat-erat seakan tidak menginginkan terlepas dari tubuhnya, karna pelukannya itu aqu jadi berhenti dari aktivitasku.

Sekian waktu lalu Yenni melepas pelukannya serta terkulai lemas, namun aqu lihat satu senyuman senang diwajahnya serta itu buat aqu terasa senang karna malam hari ini dia telah 2 x memperoleh apa yg sampai kini belum juga sempat dia peroleh dari suaminya.

“Gimana Ni? ”
“Aduh, Yenni lemas namun barusan itu sangat nikmat.. ”
“Yenni ingin cobalah style yg beda? ”
“Emm.. ”

Kubangunkan tubuhnya serta kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dgn perlahan hingga dia menungging di hadapanku, kumasukkan kejantananku dalam lubang senggamanya serta dia keluarkan teriakan kecil.

“Aduh.. Pak enak sekali, dorong selalu pak, Yenni belum juga sempat rasakan kesenangan begini.. ”

Saya keluar masukan kemaluanku ini dalam tubuhnya dgn irama yg makin lama makin kupercepat, lama juga aqu melaqukan itu hingga pada akhirnya dia berkata “Pak…  Yenni ingin pipis sekali lagi.. ”, makin kupercepat pergerakanku karna kurasakan ada suatu hal yg mendorong menginginkan keluar dari dalam tubuhku.


Dalam keadaan lemas serta masih tetap menungging Yenni terima pergerakan maju mundur dariku, mungkin saja dia paham bila saya sebentar sekali lagi menjangkau klimaks, serta pada akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semuanya dalam tubuhnya.

Sekian waktu lalu aqu rasakan tubuhku lemas seperti tidak bertulang serta kucabut senjataku dari lubang punya Yenni .

Saya terbaring disebelahnya sesudah melepas nikmat yg diada tara, dia tersenyum senang sembari menatapku serta memelukku, lantas kami tertidur dgn perasaan semasing.

Dalam tidur aqu mengimpikan aktivitas yg baru saja kami laqukan serta saat nyaris pagi aqu terbangun kudapati Yenni masih tetap terpejam dgn muka yg damai sembari masih tetap memelukku, kulepaskan pelukkannya serta dia terbangun, lantas kami melanjutkan aktivitas yg barusan malam terpotong oleh tidur hingga pada akhirnya kami berdua bangun serta menuju kamar mandi dalam kondisi semasing telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun menutupi tBandar Judi: Pagi itu pada saat jam masuk kantor aqu berpapasan dgnnya di pintu masuk, seperti umum kita sama-sama tersenyum serta mengatakan selamat pagi. Ah lucu juga kita yg telah kenal satu tahun lebih masih tetap melaqukan rutinitas sesuai sama itu, walau sebenarnya untuk hitungan saat sepanjang tiga th. kita mesti lebih akrab dari itu, namun ingin bagaimana sekali lagi karna Santi orangnya memanglah sesuai sama itu jadi aqupun terikut-bawa, aqu sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yg sesuai sama itu cuma untuk melindungi jarak dgn beberapa orang di lingkungan kerja atau memanglah dia miliki karakter sesuai sama itu mulai sejak lahir.

Mungkin saja saat itu aqu tengah mendapat mujur, pas di pintu masuk tak tahu apa pemicunya mendadak saja Yenni seperti juga akan terjatuh serta refleks aqu mencapai tubuhnya dgn maksud untuk menahan agar dia tidak betul-betul terjatuh, namun tanpa ada berniat tanganku menyentuh suatu hal dibagian dadanya.

Sesudah bisa berdiri dgn prima Yenni melihat ke arahku sembari tersenyum, ya ampun menurutku itu adalah suatu hal yg istimewa mengingat sifatnya yg kuketahui sampai kini.

“Terima kasih Pak Hardy, nyaris saja aqu terjatuh. ”

“Oh, gag apa-apa, maaf baru saja tidak berniat. ”

“Tak apa-apa. ”

Seperti tersebut dialog yg berlangsung pagi itu. Meskipun gag ingin mikirin selalu peristiwa itu namun aqu tetaplah terasa kurang enak karna sudah menyentuh suatu hal pada tubuhnya meskipun gag berniat, saat kutengok ke arah meja kerjanya lewat kaca pintu ruangku dia juga nampaknya kepikiran dgn peristiwa itu, untung saat masuk kerja masih tetap empat puluh lima menit sekali lagi jadi belumlah ada orang, kalau pada saat itu telah beberapa orang mungkin saja dia terkecuali terasa kaget akan terasa malu.

Aqu kembali melaqukan kebiasaan sehari-harinya menekuni angka-angka yg yg gag ada ujungnya. Telah kebiasaanku tiap-tiap tiga puluh menit melihat gambar pemandangan yg kutempel dikaca pintu ruangku untuk hindari kelelahan pada mata, namun nyatanya ada suatu hal yg beda di seberang pintu ruangku pada hari itu, aqu lihat Santi tengah melihat ke arah yg sama hingga pandangan kami berjumpa.

Sekali lagi, dia tersenyum kearahku, aku jadi jadi bertanya-tanya ada apa kiranya dgn wanita itu, aku yg geer atau memanglah dia jadi beda hari ini, ah mungkin saja cuma fikiranku saja yg ngelantur.

Jam istirahat makan seperti umum kebanyakan orang ngumpul di EDR untuk makan siang, serta satu kebetulan sekali lagi saat cari tempat duduk nyatanya kursi yg kosong berada di samping Yenni, pada akhirnya aqu duduk di sana serta memakan makanan yg telah kuambil.

Sesudah usai makan, rutinitas kami bercakap ngalor-ngidul sembari menanti saat istirahat habis, karna aqu duduk disamping dia jadi aqu bercakap sama dia, walau sebenarnya terlebih dulu aqu males bercakap sama dia.

“Gimana berita suaminya ni? ” aku mulai percakapan

“Baik pak. ”

“Trus bagaimana kerjaannya? masih tetap ditempat yg dahulu? ”

“Sekarang tengah melanjutkan studi di amerika, baru pergi sebulan yg kemarin. ”

“Oh demikian, baru tahu aqu. ”

“Ingin lebih pandai tuturnya pak. ”

“Ya baguslah bila demikian, kan nanti juga untuk mesa depan berdua. ”

“Iya pak. ”

Sesudah jam istirahat habis semuanya kembali pada ruang semasing untuk melanjutkan kerjaan yg barusan berhenti. Akupun kembali tenggelam dgn kerjaanku.

Jam 1/2 tujuh aqu punya maksud beres-beres karna capek juga kerja selalu, tanpa ada berniat aqu nengok ke arah pintu ruangku nyatanya Yenni masih tetap berada di mejanya. Sesudah semuanya beres aqupun keluar dari ruang serta punya maksud untuk pulang, aku melalui mejanya serta iseng aku nyapa dia.

“Kok tumben hari gini masih tetap belum juga pulang? ”
“Iya pak, ini baru ingin pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini”

Aku rasakan style bicaranya beda hari ini, tidak seperti hari-hari terlebih dulu yg bila bicara senantiasa kedengaran resmi, yg menyebabkan rasa tidak akrab.

“Ya telah jika demikian kita bareng saja. ” ajakku tawarkan.
“Tak usah pak, agar aqu pulang sendiri saja. ”
“Gag apa-apa, mari kita bareng, ini telah sangat malam. ”
“Baik Pak bila demikian. ”

Sembari jalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan layanan yg meskipun sebenarnya tujuannya cuma iseng saja.

“Gimana jika Santi bareng aqu, kita kan searah. ”
“Gag usah pak, agar aqu gunakan angkutan umum atau taksi saja. ”
“Lho, janganlah gitu, ini telah malem, gag baik wanita jalan sendiri malem-malem. ”
“Baik bila demikian pak. ”

Di selama jalan yg dilewati kami tidak banyak bicara hingga pada akhirnya aqu cermati dia agak beda, dia terlihat murung, mengapa ini wanita.

“Lho kok nampaknya murung, mengapa? ” tanyaqu penasaran.
“Gag apa-apa pak. ”
“Gag apa-apa kok ngelamun demikian, butuh rekan buat bercakap? ” tanyaqu memancing.
“Gag ah pak, malu. ”
“Kok malu sich, gag apa-apa kok, bercakap saja aqu dengarkan, jika dapat serta butuh mungkin saja aqu juga akan bantu. ”
“Susah mulainya pak, soalnya ini sangat pribadi. ”
“Oh demikian, ya jika gag ingin ya gag usah, aqu gag juga akan maksa. ”
“Tapi sebenarnya memanglah aqu butuh orang untuk rekan bercakap mengenai problem ini. ”
“Ya telah jika demikian obrolin saja sama saya, rahasia ditanggung kok. ”

“Ini masalah suami aqu pak. ”
“Ada apa dgn suaminya? ”
“Itu yg buat aqu malu untuk meneruskannya. ”
“Gag usah malu, kan telah saya katakan ditanggung kerahasiaannya jika Yenni bercakap ke saya. ”
“Anu, saya seringkali baca buku-buku tentang hubungan suami istri. ”
“Trus mengapa? ”
“aku baca, akhir dari hubungan tubuh pada suami istri yg bagus yaitu orgasme yg dihadapi oleh keduanya. ”
“Trus letak permasalahannya di mana? ”
“Mengenai orgasme, saya hingga dgn saat ini aqu cuma pernah membacanya tanpa ada sempat merasakannya. ”

Saya sekalipun gag sempat mengira jika perbincangannya juga akan menghadap ke sana, dalam hati saya membatin, masa sich kawin satu 1/2 th. sekalipun belum juga sempat alami orgasme? muncul niatku untuk beramal : -)

“Masa sich ni, apa benar anda belum juga sempat rasakan orgasme seperti yg baru saja anda katakan? ”
“Betul pak, kebetulan aqu ngobrolin problem ini dgn ayah, jadi setaknya ayah dapat berikan input karna mungkin saja ini yaitu problem lelaki. ”
“Ya, bagaimana ya, saat ini kan suami Yenni sekali lagi gag ada, semestinya saat suami Yenni ada berbarengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi problem itu”
“Pernah sekian kali saya ajak suami aqu, namun menampik serta pada akhirnya bila aqu singgung problem itu cuma menyebabkan pertikaian di antara kami. ”

Tanpa ada merasa jam telah tunjukkan jam delapan malam, serta tanpa ada merasa juga kami telah tiba dimuka tempat tinggal Yenni , Saya punya maksud mengantar dia hingga depan pintu tempat tinggalnya.

“Tak usah pak, agar hingga sini saja. ”
“Gag apa-apa, taqut ada apa-apa agar saya antar hingga depan pintu. ”

Basic, kakiku memijak suatu hal yg lembek ditanah serta nyaris saja terpeleset karna penerangan dimuka tempat tinggalnya agak kurang. Setelah tiba di teras tempat tinggalnya kulihat kakiku, ternya yg kunjak barusan yaitu suatu hal yg kurang enak untuk dijelaskan, beberapa hingga sepatuku samping kiri nyaris setengahnya terkena.

“Aduh Pak Hardy, bagaimana dong itu kakinya. ”
“Gag apa-apa, kelak saya bersihkan jika telah nyampe tempat tinggal. ”
“Dicuci di sini saja pak, kelak gag enak selama jalan kecium baunya. ”
“Ya telah, jika demikian saya turut ke toilet. ”

Sesudah bersihkan kaki saya diperliahkan duduk di ruangan tamunya, serta nyatanya di sana telah menanti satu gelas kopi hanngat. Sembari menanti kakiku kering kami terlibat perbincangan sekali lagi.

“Oh ya ni, tentang yg anda katakan barusan di jalan, bagaimana langkah anda mengatasinya? ”
“aku sendiri bingung Pak mesti bagaimana. ”

Mendengar jawaban sesuai sama itu dalam otakku muncul fikiran kotor lelaki.

“Gimana bila besok-besok aqu kasih apa yg anda ingin? ”
“Yg aqu ingin yg mana pak. ”
“Lho, itu yg selama jalan anda katakan belum juga sempat ngalamin. ”
“Ah ayah dapat saja. ”
“Bener kok, saya bersedia ngasih itu ke anda. ”

Termenung dia mendengar perkataanku barusan, lihat dia yg tengah menerawang saya berfikir mengapa harus juga besok-besok, mengapa gag saat ini saja pada saat ada peluang.

Kudekati dia serta kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sembari memandang kearahku dgn penuh tanda bertanya. Kudekatkan wajahku ke berwajah serta kukecup pipi samping kanannya, dia diam tidak bereaksi.

Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam tak tahu apa yg ada dibenaknya serta tetaplah diam, kulanjutkan mencium hidungnya serta dia pejamkan mata.

Nyatanya napsu telah menggerogoti kepalaqu, kulumat bibirnya yg tidak tebal serta nyatanya dia membalas lumatanku, bibir kami sama-sama berpagut serta kulihat dia demikian meresapi serta nikmati adegan itu.

Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yg lebih panjang, dia cuma ikuti sembari menatapku. Kembali kulumat bibirnya, sekali lagi, dia membalasnya dgn penuh semangat.

Dgn tempat duduk sesuai sama itu tanganku dapat mulai bekerja serta bergerilya. Kuraba sisi dadanya, dia jadi bergerak seakan-akan menyodorkan dadanya untuk kukerjain.

Kuremas dadanya dari luar pakaiannya, tangan kirinya buka kancing baju sisi atasnya lalu menuntun tangan kananku untuk masuk dalam BHnya. Ya ampun bener-bener telah gag tahan dia rupanya.

Kulepas tangan serta bibirku dari tubuhnya, saya beralih tempat bertumpu pada pegangan sofa tempatku duduk serta buka kalkiku lebar-lebar.

Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju serta BHnya yg saat itu telah nempel gag karuan, kuciumi leher sisi belakang Yenni serta tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya semasing satu, dia bertumpu kebadanku seperti lemas tidak mempunyai tenaga untuk menyokong tubuhnya sendiri serta mulai kuremas payudaranya sembari selalu kuciumi tengkuknya.

Sesudah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai beralih kebawah menyusuri sisi perutnya serta berhenti di dalam selangkangannya, dia melenguh saat kuraba sisi itu.


Kusingkap roknya serta tanganku segera masuk ke celana dalamnya, kutemukan suatu hal yg hangat-hangat lembab di sana, telah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dgn jari tengah tangan kiriku.

“Ohh.. ehh.. ”

Saya makin bernapsu mendgn rintihannya serta kumasukkan jariku ke kemaluannya, suaranya makin jadi. Kukeluar masukan jariku di sana, tubuhnya makin melenting seperti batang plastik kepanasan, selalu kukucek-kucek makin cepat tubuhnya bergetar terima perlaquanku. Dua puluh menit lamanya kulakukan itu serta pada akhirnya keluar nada dari mulutnya.

“Udah dahulu pak, saya gag tahan ingin pipis. ”
“Jangan ditahan, biarlah saja terlepas. ”
“Aduh pak, gag tahan, Yenni ingin pipis.. ohh.. ahh. ”

Tubuhya makin bergetar, serta pada akhirnya.

“Ahh.. uhh. ”

Tubuhya mengejang sekian waktu sebelumnya pada akhirnya dia lunglai bersender kedadaqu.

“Gimana ni rasa-rasanya? ”
“Enak pak. ”

Kulihat air matanya berlinang.

“Kenapa anda menangis ni. ”

Dia diam tidak menyahut.

“Kamu nyesel telah melaqukan ini? ” tanyaku.
“Bukan pak. ”
“Lantas? ”
“aku bahagia, pada akhirnya saya memperoleh apa yg saya idam-idamkan sampai kini yg semestinya datang dari suami saya. ”
“Oh demikian. ”

Kami sama-sama terdiam sekian waktu hingga saya lupa kalau jari tengah tangan kiriku masih tetap bersarang di dalam kemaluannya serta saya cabut perlahan-lahan, dia menggeliat saat kutarik jari tanganku, serta saya masih tetap tercenung dgn kalimat paling akhir yg terlontar dari mulutnya, benar rupanya.. dia belum juga sempat rasakan orgasme.

“Mau ke kamar mandi pak? ”

Mendadak nada itu menyadarkanku dari lamunan..

“Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?”
“Sebelah sini pak”, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali ke ruang tamu sementara aqu mencuci bagian tangan yg tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aqu berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihat
dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yg ada dalam pikirannya waktu itu.

“Ni…, udah malam nih, sa

a pulang dahulu ya.. ”

Terhenyak dia serta menatapku..

“Emm, pak, ingin gag malam hari ini nemanin Yenni ? ”

Kaget juga aqu terima pertanyaan sesuai sama itu karna memanglah tidak fikiran untuk bermalam dirumahnya malam hari ini, namun aqu tidak ingin tidak sesuai harapan dia yg memohon dgn muka mengharap.

“Waktu kan banyak, besok kita ketemu sekali lagi di kantor, serta kapan-kapan kita masih tetap dapat ketemu di luar kantor. ”

Dia berdiri serta menghampiriku..

“Terima kasih ya pak, Yenni begitu bahagia malam hari ini, saya berharap ayah tidak jemu temani saya. ”
“Kita kan kenal telah lama, saya senantiasa bersedia untuk menolong anda dalam soal apa pun. ”
“Sekali sekali lagi terima kasih, bisa bila ingin pulang saat ini serta tolong berikan salam saya bikin ibu. ”

Pada akhirnya aqu pulang dgn selalu dihinggapi pertanyaan di dalam fikiranku, mengapa dia dapat demikian, kasihan sekali dia.

Seperti umum esoknya aqu masuk kantor pagi-pagi sekali karna memanglah senantiasa banyak pekerjaan yg mesti dikerjakan, kupikir belumlah ada siapapun juga karna umumnya yg telah ada saat aqu datang yaitu office boy, namun nyatanya pagi itu aqu diterima dgn senyuman Yenni yg telah duduk di meja kerjanya.

Tidak seperti umum, pada hari-hari terlebih dulu aqu senantiasa lihat Santi dalam tampilan yg beda dari pagi hari ini, saat ini dia tampak berseri serta berkesan ramah serta akrab.

“Pagi Ni. ”
“Pagi pak. ”
“Gimana, dapat tidur pulas barusan malam? ”
“Ah ayah, dapat saja, barusan malam saya tidur nyenyak sekali. ”
“Ya telah, saya tinggal dahulu ya, selamat bekerja. ”
“Iya pak. ”

Aku melanjutkan langkahku menuju ruangan kerjaqu yg memanglah tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruang kembali aqu menengokkan muka ke arahnya, nyatanya dia masih tetap menatapku sembari tersenyum.

Tidak seperti umumnya, Aku rasakan hari ini bekerja adalah suatu hal yg menjemukan, jemu rasa-rasanya hadapi pekerjaan yg memanglah dari waktu ke waktu senantiasa saja ada suatu hal yg mesti diulang, pada akhirnya aqu menulis narasi ini.

HP di dalam saqu celanaqu berbunyi, ada SMS yg masuk, kubuka SMS itu yg rupanya datang dari wanita diseberang ruangku yg barusan pagi menatapku hingga Aku masuk ke ruang ini.. ya dia, Yenni .

“Pak, kelak mlm ada acara tidak? jika tidak dapat tidak ayah menuhin janji ayah barusan malam. ”

Demikianlah isi SMS yg kuterima, aqu berfikir agresif juga nih wanita selanjutnya. Kuangkan telepon yg ada di atas meja kerjaqu serta kutekan nomor extensin dia.

“Kenapa gitu Ni, ingin ngajak kemana? ”
“Eh ayah, kirain siapa, egag, Yenni telah nyediain makan malam dirumah, ayah dapat kan makan malam sama Yenni kelak malam? ”
“Boleh, bila gitu kelak pulang saya tunggulah di ruangan parkir ya. ”
“Iya pak, ma kasih. ”

Sore hari aqu terperanjat karna saat pulang telah lewatkan sepuluh menit, bergegas kubereskan ruangku serta lari menuju ruangan parkir. Di sana Yenni telah menungguku, namun dia tersenyum saat melihatku datang, semula kupikir dia juga akan kecewa, namun syukurlah kelihatanyya dia tidak kecewa.

“Maaf jadi nunggu ya Ni, mesti beres-beres suatu hal dahulu. ”
“Gag apa-apa pak, Yenni juga baru saja ada yg mesti dikerjakan dahulu dgn neni. ”
“Yo. ” kataqu sembari membukkan pintu buat dia, serta dia masuk dalam mobil lalu duduk disebelahku.

Diperjalanan kami bercakap ke sana kemari, serta tanpa ada merasa pada akhirnya kami masuk ke komplek perumahan di mana Santi tinggal lantas kami turun menuju ke tempat tinggalnya. Dia buka pintu depan tempat tinggalnya dgn sulit, rupanya ada problem dgn kunci pintu itu.

Saya tidak berupaya membantunya, karna dari belakang baru kuperhatikan kesempatan ini bila sisi tengah belakang punya Yenni menarik sekali, lingkarannya tidak sangat besar, namun aqu percaya lelaki juga akan sukai apabila memandangnya dalam kondisi 1/2 berjongkok sesuai sama itu.

Pada akhirnya pintu terbuka juga serta dia mempersilakan aqu masuk, serta kamipun masuk. Sesudah mempersilakan aqu untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, kemudian dia kembali sekali lagi dgn baju yg telah digantinya, dia tidak segera menghampiriku namun selalu mengambil langkah ke arah dapur serta kembali dgn satu gelas air putih serta satu gelas kopi, lantas dia menyodorkan kopi itu kepadaqu.

“Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, anda kok gag minum kopi juga Ni? ”
“Saya gag sempat minum kopi pak, gag bisa sama si mas. ”
“Oh gitu. ”
“Pak mobilnya dimasukin garasi saja ya, agar Yenni yg mindahin. ”
“Bolah, sekalian saya ingin turut ke kamar mandi dahulu, tubuh rasa-rasanya gag enak bila masih tetap ada keringatnya. ”
“Handuknya berada di kamar mandi pak. ”

Dia berdiri sembari terima kunci mobil yg kuserahkan sedang saya ngeloyor ke kamar mandi untuk selalu bersihkan tubuh yg memanglah rasa-rasanya agak gag enak sesudah baru saja diperjalanan ditempatkan ke keadaan jalan yg cukup macet tidak seperti umum.

Keluar dari kamar mandi kudapati Yenni terlihat sedikit bingung, kutanya dia,

“Kenapa Ni, kok seperti yg bingung demikian.. ”
“Anu pak, baru saja ada telepon dari restoran yg saya pesani untuk makan malam, tuturnya gag dapat nganter makanan yg dipesan karna kendaraannya gag ada. ”
“Ya telah gag apa-apa, kita kan dapat buat makanan sendiri, miliki apa yg dapat dibuat? ”
“Adu pa, Yenni jadi malu. ”
“Udah gag apa-apa kok, jadi jadi bagus kita dapat masak berbarengan. ”

Kataqu sembari tersenyum, Yenni melangkahkan kakinya menuju dapur serta kuikuti, hingga didapur dia buka almari es yg nyatanya cuma ada sedikit makanan yg siap masak di sana. Pada akhirnya kami masak masakan seadanya sembari terlibat perbincangan ke sana kemari.

Tanpa ada berniat aqu cermati postur tubuh Yenni yg tampak beda dgn baju yg dipakai saat ini, baju yg sedikir agak ketat mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak terang, benar-benar bentuk tubuh yg prima untuk wanita seusia dia

Tanpa ada sadar kuhampiri dia serta dari belakang kupeluk dia yg tengah melaqukan tugasnya jadi ibu rumah-tangga, dia melihat kearahku serta tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya serta dia menyambutnya, awalannya cuma ciuman umum hingga pada akhirnya kami sama-sama berpagutan di sini, ya di dapur kepunyaannya.

Berlanjut selalu pergulatan bibir itu, kuraba buah dadanya serta kuremas dari luar pakaiannya. Tangan Yenni bergerak buka kancing baju sisi depan dilanjutkan dgn menyingkapkan BH yg dia gunakan, dgn sekian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya.

Sekian waktu lalu kulepaskan bibirku dari bibirnya serta kuarahkan ke buah dadanya yg tampak benar-benar indah dgn warna puting yg kemerahan, kujilat puting yg samping kanan serta dia menarik nafas dalam terima perlaquan itu, pada akhirnya kukulum puting itu serta kuhisap dalam-dalam sembari tangan kananku tetaplah meremas dadanya yg samping kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, serta kuremas pantat yg kenyal itu. Kumasukkan tangan itu kedalam rok yg dia gunakan serta di sana kuraba ada suatu hal yg hangat serta sedikit basah serta kuraba-raba sisi itu terus-terusan.

Rupanya dia tidak tahan terima sikapku itu, tangannya bergerak buka resleting roknya serta melorotkannya kebawah. Saya hentikan aktivitas bibirku di buah dadanya lantas bubuka celana dalamnya serta kutemukan bulu indah yg tidak sangat banyak di sana kusingkapkan sedikit serta kuarahkan bibirku ke sana serta kujilat sisi kecil yg menonjol di sana.

Nada lenguhan dari bibirnya telah tidak terbaygkan sekali lagi, juga akan perpanjang narasi bila saya tuliskan di sini.

“Oh, pak, saya belum juga sempat rasakan ini, oh.. ”

Saya selalu meneruskan aktivitas lidahku diselangkangannya sembari selalu memasukkan lidah ini dalam gua lembab yg berbau ciri khas punya wanita.

Lenguhan untuk lenguhan selalu keluar dari mulutnya hingga pada akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang serta bergetar dgn keluarkan teriakan yg tidak dapat ditahan dari mulutnya, dia telah tiba ke puncak kesenangan sentuhan seseorang lelaqu seperti saya ini, serta pada akhirnya kuhentikan aktivitasku itu lantas berdiri menghadap dia, danpa kuduga dia mencium bibirku.


“Pak kita ke kamar ya. ”

Dia membimbingku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu tampak rapi, lantas kami duduk di tepi tempat tidur serta kembali sama-sama berpagutan di sana. Dia bangkit berdiri di hadapanku seraya ajukan pertanyaan.

“Boleh saya buka baju ayah? ”

Aku cuma tersenyum menyikapi pertanyaan itu, lantas dia buka semua baju yg kukenakan hingga ke celana dalamku. Dia memegang senjataqu yg dia temui di balik celana dalam yg barusan terbuka, lantas dia menciumnya serta menjilatinya, sangat nikmat rasa-rasanya.

“Dari dahulu saya menginginkan melaqukan ini, namun suami saya gag sempat ingin diperlaqukan begini. ”

Dia berkata demikian sembari kembali melanjutkan aktivitasnya menjilati senjata milikku, tanpa ada kuduga dia teruskan aktivitasnya barusan dgn mengulum serta menyedot batang kemaluanku, serta rasa-rasanya lebih nikmat dari yg barusan kurasakan. Pada akhirnya dia berhenti berlaqu sesuai sama itu serta berkata.

“Pak, tidurin Yenni ya. ”

Tanpa ada menanti keinginan itu terulang aqu baringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Saya ciumi sekujur tubuhnya yg dibalas dgn gelinjangan tubuh mulus itu, pada akhirnya sesudah demikian lama kucoba masukan kemaluanku dalam lubang senggama yg memanglah telah basah sejak dari barusan, serta “Ahh.. ” tersebut yg keluar dari mulut Yenni , benar-benar sangat nikmat rasa-rasanya masuk tubuh yg telanjang ini, serta satu sekali lagi, lubang kemaluannya masih tetap merasa cukup sempit serta menggigit, terbersit lam fikiranku satu pertanyaan, sebesar apa punya suaminya hingga lubang ini masih tetap merasa sempit begini.

Kuperhatikan jam yg berada di dinding kamarnya tunjukkan kalau aqu telah mengeluar masukan kemaluanku dalam tubuhnya sepanjang dua puluh menit serta pada akhirnya kembali kurasakan tubuhnya mengejang sembari keluarkan bebrapa nada aneh dari mulutnya, pada akhirnya dia menggelepar sembari memeluk tubuhku erat-erat seakan tidak menginginkan terlepas dari tubuhnya, karna pelukannya itu aqu jadi berhenti dari aktivitasku.

Sekian waktu lalu Yenni melepas pelukannya serta terkulai lemas, namun aqu lihat satu senyuman senang diwajahnya serta itu buat aqu terasa senang karna malam hari ini dia telah 2 x memperoleh apa yg sampai kini belum juga sempat dia peroleh dari suaminya.

“Gimana Ni? ”
“Aduh, Yenni lemas namun barusan itu sangat nikmat.. ”
“Yenni ingin cobalah style yg beda? ”
“Emm.. ”

Kubangunkan tubuhnya serta kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dgn perlahan hingga dia menungging di hadapanku, kumasukkan kejantananku dalam lubang senggamanya serta dia keluarkan teriakan kecil.

“Aduh.. Pak enak sekali, dorong selalu pak, Yenni belum juga sempat rasakan kesenangan begini.. ”

Saya keluar masukan kemaluanku ini dalam tubuhnya dgn irama yg makin lama makin kupercepat, lama juga aqu melaqukan itu hingga pada akhirnya dia berkata “Pak…  Yenni ingin pipis sekali lagi.. ”, makin kupercepat pergerakanku karna kurasakan ada suatu hal yg mendorong menginginkan keluar dari dalam tubuhku.

Dalam keadaan lemas serta masih tetap menungging Yenni terima pergerakan maju mundur dariku, mungkin saja dia paham bila saya sebentar sekali lagi menjangkau klimaks, serta pada akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semuanya dalam tubuhnya.

Sekian waktu lalu aqu rasakan tubuhku lemas seperti tidak bertulang serta kucabut senjataku dari lubang punya Yenni .

Saya terbaring disebelahnya sesudah melepas nikmat yg diada tara, dia tersenyum senang sembari menatapku serta memelukku, lantas kami tertidur dgn perasaan semasing.

Dalam tidur aqu mengimpikan aktivitas yg baru saja kami laqukan serta saat nyaris pagi aqu terbangun kudapati Yenni masih tetap terpejam dgn muka yg damai sembari masih tetap memelukku, kulepaskan pelukkannya serta dia terbangun, lantas kami melanjutkan aktivitas yg barusan malam terpotong oleh tidur hingga pada akhirnya kami berdua bangun serta menuju kamar mandi dalam kondisi semasing telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun menutupi tubuh kami.

Dikamar mandi kami melaqukannya sekali lagi, serta kembali dia mengatakan kalimat yg tidak habis aqu dapat tahu “Yenni belum juga sempat melaqukan begini terlebih dulu.. ”.

Pada akhirnya kami pergi kerja dari tempat tinggal Yenni, berniat masih tetap pagi supaya tidak ada orang di kantor yg lihat kehadiran kami berdua untuk hindari suatu hal yg kami berdua tidak kehendaki.

Hingga saya menulis narasi ini, tetap masih terngiang kata-katanya yg seringkali mengatakan kalimat “Yenni belum juga sempat melaqukan begini terlebih dulu.. ” tiap-tiap saya terkait dgn dia dgn style yg beda.

Bermula dari situlah kami seringkali melaqukan hubungan suami istri, serta itu senantiasa kami laqukan atas keinginan dari dia, aqu sendiri tidak sempat memohonnya karna aqu tidak ingin dia miliki fikiran seakan-akan aqu mengeksploitir dia. Serta saat ini Yenni yg kukenal jauh berlainan dari Yenni yg dahulu, dia jadi orang yg ramah serta senantiasa tersenyum pada kebanyakan orang dilingkungannya.ubuh kami.

Dikamar mandi kami melaqukannya sekali lagi, serta kembali dia mengatakan kalimat yg tidak habis aqu dapat tahu “Yenni belum juga sempat melaqukan begini terlebih dulu.. ”.

Pada akhirnya kami pergi kerja dari tempat tinggal Yenni, berniat masih tetap pagi supaya tidak ada orang di kantor yg lihat kehadiran kami berdua untuk hindari suatu hal yg kami berdua tidak kehendaki.

Hingga saya menulis narasi ini, tetap masih terngiang kata-katanya yg seringkali mengatakan kalimat “Yenni belum juga sempat melaqukan begini terlebih dulu.. ” tiap-tiap saya terkait dgn dia dgn style yg beda.

Bermula dari situlah kami seringkali melaqukan hubungan suami istri, serta itu senantiasa kami laqukan atas keinginan dari dia, aqu sendiri tidak sempat memohonnya karna aqu tidak ingin dia miliki fikiran seakan-akan aqu mengeksploitir dia. Serta saat ini Yenni yg kukenal jauh berlainan dari Yenni yg dahulu, dia jadi orang yg ramah serta senantiasa tersenyum pada kebanyakan orang dilingkungannya.